Senin, 20 Desember 2010

Stuck at The Moment part 2

Ini saat demotivasi yang paling parah. Setelah 2 tahun, saya bekerja pd perusahaan ini, saya merasa benar-benar dalam kondisi drop yang separah-parahnya. Biasanya, saya bisa mengalihkan perhatian sehingga bisa mulai mengawali semangat baru lagi. Namun, tidak tahu entahalah, ada apa dengan saya kali ini. Benar-benar lemah sekali. Ketika masuk kantor, rasanya sudah mual-mual. Menulis pun, saya lakukan ditengah jam kerja. Suatu hal yang parah sekali dalam hidup saya. Atau kah sudah saatnya saya mengawali sesuatu yang baru. Sepertinya menjadi penggangguran bukan menjadi pilihan sekarang. Atau mencoba pekerjaan baru lagi? atau saya malas untuk keluar dari zona kenyamanan saya. Rasanya benar-benar membingungkan. Memompa semangat untuk diri sendiri saja, kesulitan. Belum lagi, kondisi perusahaan sedang tidak stabil. Banyak rekan-rekan yang resign, karena management baru mungkin dirasa tidak sesuai dengan mereka. Saya merasa bisa bertahan, karena hanya sebagai admin, frekuensi konflik pun jarang terjadi. Sehingga saya, masih saja merasa bisa bekerja dengan baik. Lain hal nya dengan rekan-rekan yang mengalami efek secara langsung. Karena management dengan ketat mengawasi kinerja mereka. Pe-er saya sekarang, hanya membangun motivasi untuk diri saya sendiri. Mungkin butuh penyegaran. Cuti sudah dijadwalkan. Mungkin cuti kali ini, cuti paling stres yang saya alami. Merasa bahwa saya tidak berkembang. Hanya terkungkung dalam suasana aneh. Saya sedang berusaha dewasa, tidak hanya menjalani hidup saja. Harus mempunyai rencana. Namun saat ini, saya sedang tidak bisa berpikir. Huuff.. sial...

Sabtu, 18 Desember 2010

THE HARD TARGET

Sebenarnya ketika berbicara pencapaian, kadang saya tidak ingin memasang target. Hal ini menyakitkan ketika pada akhirnya nanti, kita tidak mampu mencapai target yang sebelum ditetapkan. Memang benar, kadang orang mengatakan gantungkan cita-cita mu setinggi langit. Namun jika kenyataannya, kita tidak mampu meraihnya, harus dikaji kembali tentang hal tersebut. Dimana letak kekurangan kita yang menyebabkan hal tersebut tidak mampu diselesaikan.
Dari sekian tahun yang saya lalui dengan mengenaskan, mungkin tahun inilah yang menjadi tolok ukur, bahwa saya sanggup menyelesaikan suatu hal yang dulu pernah saya mulai. Rasanya ketika mampu mencapainya, dunia seakan turut bernyanyi, serasa melihat pelangi di ujung langit dikala senja mulai menapak. Sedikit hiperbola, namun itulah rasa yang saya alami ketika mendapat hal yang sudah menjadi idaman saya sejak 10 tahun yang lalu. Padahal mungkin pencapaian saya ini, bagi orang lain merupakan hal yang biasa-biasa saja. Cukup menggelikan ketika mengingatnya. Pada saat sekarang, mungkin semua hal itu mengakibatkan hal itu selalu menjadi perhatian tersendiri. Secara saya sudah mempersiapkan semuanya ketika hal utama itu datang, terasa komplet. Sungguh aneh dan terasa norak. Tapi biarlah, tidak setiap tahun saya mampu mempersembahkan hal terbaik dalam hidup saya. Saya merasa tidak membutuhkan hal-hal lain. Ketika sekarang makin mutakhir perkembangan teknologi, saya juga tidak tertarik untuk menggantikan hal tersebut. Kadang memang segalanya harus dimulai dengan kecukupan. Saya hanya mengikuti perkembangannya saja. Namun tidak mengaplikasikan pada alat tersebut. Cukup mengetahuinya saja, sudah membuat hati ini menjadi senang. Tolok ukur kepuasan memang sungguh relative. Ketika saya berbicara tentang masalah fungsi. Sudahlah, hanya itu saja yang saya rasakan. Rasa yang dulu tidak pernah terbayangkan akan memilikinya. Mungkin inilah bentuk dari pembelajaran ikhlas. Walaupun disisi lain, kadang belum bisa saya terapkan. Tapi mungkin inilah pencapaian saya. Baru bisanya segitu. Tahap pendewasaan yang seharusnya sudah saya miliki sejak dulu, namun baru bisa saya miliki saat menyelesaikan pencapaian yang telah saya mulai tersebut. Euphoria yang cukup unik. Dimana setiap orang mempunyai keinginan dan pencapaian masing-masing. Target saya masih ada juga yang belum saya selesaikan. Tapi memang butuh kesungguhan yang luar biasa untuk mencapainya. Butuh bimbingan untuk membuahkan hasil yang baik. Perlu dicoba untuk menyempatkan waktu disela waktu rutin saya bekerja. Lha wong update blog saja, tidak tentu kok. Mau menargetkan hal-hal lain. Konsisten dulu pada hal yang simple dulu, baru berbicara tentang hal-hal yang lebih besar lainnya.

Rabu, 20 Oktober 2010

Living Single Part 2

Resiko kembali ke kota kecil dimana semua orang tahu tentang kegiatan dari masing-masing individu membuat orang semakin dengan kejam memasuki ranah privat. Padahal yang terjadi tidaklah seperti yang diduga oleh orang-orang tua yang sok dengan aturan-aturan aneh itu. Cukup merepotkan juga, ketika banyak pendapat tersebut didengarkan. Karena pada kenyataannya, pendapat mereka justru bertolak belakang dengan hal-hal yang dituduhkan. Mungkin kejadiannya hampir mirip dengan gosip yang melanda para artis sekarang ini, ketika infotainment dengan kejam juga memberikan pendapat nya yang mungkin memberitakan hal yang tidak benar. Sungguh mengerikan. Semoga saja ketika sekarang saya menghadapi hal-hal begitu, saya bisa cukup dewasa untuk menyikapinya. Karena inilah sesungguhnya hidup dalam kejamnya masyarakat. Seperti bagi penulis, toko buku adalah taman bermain yang sangat kejam. Sekarang, saya pun sedang menghadapi kejamnya masyarakat. Society yang selama hampir 5 tahun menjadi kajian kuliah saya, kini benar-benar saya hadapi kekejamannya. Ketika dulu, hanya berkutat pada bagaimana cara mensiasati tradisi yang cukup merepotkan. Sungguh, karena pada kenyataannya tidak seperti yang dituduhkan. Ya sudahlah, mungkin memang tidak perlu didengarkan. Kalaupun mendengar, pura-pura saja tidak mendengar. Hidup kita toh tidak bergantung dari omongoan orang. Urus hidup masing-masing saja sudah susah, gimana masih bisa mengurus hidup orang lain ya?

Sabtu, 09 Oktober 2010

VACATION

Ketika perasaan kosong itu mulai tidak jelas menggerogoti jiwa yang sedang lelah, yang dibutuhkan adalah istirahat. Masa rehat untuk meluruskan niat dalam menjalani kehidupan. Pekerjaan yang biasanya tidak menjadi hal yang tidak dirindukan, ketika selesai rehat akan menjadi hal yang menyenangkan. Hidup akan menjadi semakin bergairah dengan tantangan. Selesai pengalihan dari rutinitas yang membosankan. Rasanya menyenangkan bahwa segala hal yang biasanya menjadi bermakna kembali. Hal yang indah bertemu dengan serangkaian peristiwa hiruk pikuk yang tidak jelas kapan akan berakhir baik. Bagaimana mungkin sanggup untuk meninggalkan hal yang menyenangkan seperti itu? Tak akan sanggup untuk menggantikan hal yang indah itu. Melepaskannya mungkin menjadi pilihan terakhir. Liburan bisa dalam beberapa hal, yang jelas melakukan semua hobi yang tidak sempat dikerjakan adalah hal yang menyenangkan. Mendengarkan suara-suara positif yang menebarkan semangat dalam menjalani hidup. Memutuskan hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Senyum itu selesai rehat, muncul dalam ketulusan. Rasanya lega. Bersiap menghadapi hari yang semakin tidak jelas. Merindukan hal yang biasanya menjadi hal dibenci. Entahlah, darimana semangat itu muncul kembali setelah semua hal yang dilalui. Beban hidup tidak akan pernah usai. Selalu ada untuk membuat segalanya disyukuri pada kapasitasnya. Menentukan hal yang wajar. Semua kadang tidak akan menjadi hal baik, kecuali ditempatkan pada hal yang baik. Kita sendiri yang membuat keputusan mana yang menyenangkan. Kondisi yang buruk pun, dapat menjadi hal yang menyenangkan selama pikiran kita sehat. Semoga saja bisa tertahan waras.

Kamis, 30 September 2010

Motivation

Sebenarnya saya sudah lupa dengan teman saya ini. Hanya sekilas ingatan yang membuat saya agak mampu memdeskripsikan bagaimana bentuk wajah nya dulu, ketika kita masih bersama duduk di bangku SMP. Kebetulan teman saya ini, sekarang berprofesi sebagai penyanyi yang sedang merambah dunia hiburan. Mungkin sebagai anak band yang sekarang identik dengan kehidupan yang glamor, mungkin gaya hidupnya pun juga ikut berubah. Setelah sekian puluh tahun berpisah, tiba-tiba saya dan dirinya dipertemukan lagi dalam jejaring social yang cukup terkenal saat ini, Facebook. Berawal dari hobi saya yang senang mencermati status orang lain yang ada dalam pertemanan saya, saya menyadari ada hal yang tidak beres antara, dirinya, dan kedua teman saya yang lain. Kebetulan, saya pun mengenali rekan-rekan saya yang lain tersebut. Gila, dunia memang begitu sempitnya. Hubungan yang benar-benar tidak banyak berubah ketika pada masa itu. Dari jaman SMP yang berkisar dari tahun 90an hingga di abad 21 ini, tidak banyak merubah cerita hidup mereka. Padahal jika dirunut, terlalu banyak hal yang dilewatkan demi teman artis saya itu. Sungguh, hal yang bagi saya merupakan hal yang sia-sia. Banyak impian lain yang bisa diraih untuk lebih baik diusahakan, daripada hanya memperebutkan hal yang remeh. Hanya urusan cowok.
Masih banyak hal yang bisa dilakukan buat Negara ini. Tapi mungkin idealisme yang berbeda dengan sikap sok peduli saya tersebut. Kebetulan lagi, teman artis saya tersebut, menjadi pengisi soundtrack sebuah film buatan sutradara kondang. Beberapa waktu ini, saya kebetulan menonton film tersebut. Video klip yang teman artis saya ini pun muncul pada film tersebut. Awal saya menonton film tersebut, bukan karena cerita dari film melainkan ingin melihat performa dari teman artis saya itu, yang membuat dua orang gadis antri memperebutkan cinta dari sang arjuna. Saya memang tidak berhak sama sekali untuk ikut campur dalam urusan pribadi mereka. Toh mereka juga tidak memerlukan pendapat saya untuk melanjutkan keputusan-keputusan hidup mereka. Bahkan mereka tidak akan perduli, bahwa saya cukup perhatian dengan kisah cinta mereka yang unik. Kadang ketika saya iseng mencermati status di FB, saya cenderung bercerita pada sahabat-sahabat saya yang lain, tentang betapa hidup tidak akan berkembang ketika kita tidak melangkahkan kaki keluar pada daerah kenyaman kita sendiri. Berani menghadapi hal-hal yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Itulah sesungguhnya hidup.
Mungkin teman saya yang satu ini, menyadari bahwa tindakannya untuk menunggu sang arjuna yang menurut saya juga masih bermain-main dengan hidupnya sendiri, merupakan perjuangan yang layak mendapatkan penghargaan. Sedangkan rekan wanita yang terkalahkan, sampai dengan saat ini masih belum memberikan tanggapan apa-apa. Cukup tragis juga hidup teman SMP saya ini. Semoga saja, dia tabah dalam menjalani hidupnya. Kehilangan segalanya, cinta dan pria yang dicintainya pun berpaling pada orang lain. Tidak banyak orang bisa dengan cerdas bisa menyikapi hal-hal tersebut. Bahkan ketika saya sendiri yang mengalaminya, belum tentu juga sekuat teman saya ini. Cukup salut teman. Lanjutkan hidup dengan lebih baik lagi. Kamu layak dapat pria yang lebih baik dari teman kita itu, sungguh, tentunya banyak hikmah yang bakal diperoleh dari peristiwa ini. Balasan yang akan diterima bagi orang yang bertawakal tentunya akan lebih indah. Semangat ya, pren.

Rabu, 29 September 2010

THE OTHER CHOICE

Tak terasa, usia saya benar-benar akan menginjak angka kepala tiga. Tidak banyak catatan sejarah yang bisa saya banggakan. Bahkan ketika melihat rekan-rekan, melalui jaringan social yang sedang marak belakangan ini, menunjukkan dengan bangga betapa bahagianya mereka dengan keluarga kecil mereka. Setiap status yang ditulis, biasanya berputar antara suami dan anak. Pengharapan yang indah tentang berumah tangga dengan baik. Melihat betapa hidup tidak melulu monoton hanya dengan kerja dan hal-hal membosankan lainnya. Ada anak-anak yang bisa membuat semuanya menjadi ceria kembali. Usaha untuk tidak membuat bosan pada keadaan yang semakin hari semakin terhimpit tekanan hidup. Beruntung, saya masih bekerja. Artinya masih banyak hal-hal yang bisa saya lakukan untuk menunjang hidup saya untuk hanya sekadar berdasar waras. Masalah yang hidup di kota kecil, adalah keadaan saya yang single. Terkesan memang menyenangkan. Tidak ada beban dan bisa terus bermain-main. Bisa menghabiskan gaji dengan memenuhi kebutuhan diinginkan. Kadang saya sendiri masih saja, kebingungan untuk menentukan hal apa yang sekarang akan saya lakukan. Hidup saya hanya sekadar menjalani hari. Perasaan kosong yang entahlah, sejak kapan saya mulai merasakannya. Pastinya terasa seperti zombie yang tersesat di masa sekarang. Kadang membuat saya sering merasa hal yang sebenarnya wajar, menjadi hal aneh bagi saya. Gawat juga, mungkin saya telah mengalami tekanan mental yang sedemikian akut sehingga hampir menjadi gila tanpa saya menyadari bahwa saya mungkin benar-benar gila. Sikap acuh saya pada kehidupan membuat saya semakin menyadari bahwa hidup saya benar-benar hanya menjalani waktu. Betapa mengerikannya hidup saya ini. Beruntung saya mempunyai pasangan yang benar-benar sabar menghadapi perilaku saya yang aneh ini. Mungkin anugrah Tuhan yang mampu membuat penyeimbang yang indah pada hidup saya yang menyedihkan ini. Banyak hal yang saya pelajari darinya. Terutama perasaan bersabar pada kondisi yang biasanya hanya terpusat pada diri saya sendiri, saya harus berbagi dengannya. Kadang saya benar-benar harus belajar bersabar padanya. Tidak semua hal bisa berjalan sesuai kemauan saya. Karenanya memang saya sedang belajar untuk tidak egois. Segala sesuatu harus dibicarakan secara baik. Kebiasaan memang pasangan saya inilah yang mengalah pada sikap egois saya ini. Begitulah adanya. Tapi sebenarnya memang ini saat nya saya belajar menjadi dewasa, bernalar seperti selayaknya wanita seusia saya. Tapi konsekuensi yang saya peroleh, maka saya akan kehilangan jati diri saya. Saya berpikir, apakah sepadan dengan hal-hal yang selama ini saya pegang teguh. Semua hal indah yang selalu saya jalani, mungkin memang harus dipuaskan sampai tiba saatnya, saya tidak lagi menjadi diri saya sendiri lagi. Waktu, memang aneh, hidup adalah rangkaian alasan yang membuat orang menjadi hal yang bermanfaat. Cita-cita menjadikan hidup semakin indah dan berwarna.

Sabtu, 28 Agustus 2010

Take your own business, Sir

Kantor tempat saya bekerja, yang ada di kota terpencil ini. Ternyata, beberapa bulan belakangan ini, sudah ada indikasi mulai terjadi intervensi pada salah satu departemen di kantor saya oleh salah satu deputi saya. Cukup mengherankan, ketika departemen yang tidak ada sangkut pautnya dengan deputi tersebut, ternyata salah satu deputi tersebut melakukan kegiatan yang perlindungan pada salah satu staf departemen itu. Menurut pendapat saya, sangat disayangkan bila dalam hubungan kerja yang tidak ada kaitannya dengan perasaan, harus dicampuradukkan dengan perasaan protective seperti itu. Bahkan antar sesama staf anggota departemen itu saja, deputi tersebut masih saja melakukan kegiatan perlindungannya yang seharusnya tidak bisa dilakukan. What a shame. Ketika kita bekerja dalam dunia profesionalitas dan menjunjung tinggi integritas, tentunya tindakan bodoh ini tidak terpuji. Mencari kesalahan orang hanya demi melindungi seseorang yang belum tentu benar pekerjaannya. Sungguh merupakan bukti bahwa betapa piciknya pikiran orang tersebut. Bekerja seharusnya mengandalkan potensi dan jiwa kerja keras dari masing-masing personil. Tidak mengandalkan back up dari orang lain. Yang kadang bukan pada tempat nya melakukan hal nista seperti itu. Coba saja bayangkan, jika hal tersebut terjadi pada dirinya sendiri, pastilah yang bersangkutan tersebut akan juga merasakan ketidaknyamanan. Kebetulan, saya juga bukan orang yang suka dengan hal-hal tersebut. Karena kemampuan saya hanya sebatas staf saja di perusahaaan saya ini, maka hal yang bisa saya lakukan, hanyalah menyindir staf depatement yang mendapat perlindungan bodoh tersebut. Karena, bekerja di perusahaan besar seperti ini, tidak seharusnya mengandalkan perlindungan bodoh seperti itu. Ujung-ujungnya, kemarin sore, saya dipanggil menghadap salah satu deputi tersebut. Dan seperti biasa, dia mengemukakan keluhan tentang pekerjaan saya, yang bahkan atasan langsung saya sendiri, tidak berkeberatan dengan pekerjaan saya tersebut. Deputi yang seharusnya tidak mengurusi masalah pekerjaan saya, malah menanyakan hal-hal yang selama ini tidak menjadi tanggung jawab saya secara langsung, karena itu menjadi tanggung jawab rekan kerja saya yang lain. Semua orang pun paham, bila sang deputi tersebut hanya berusaha mencari kesalahan saya dan menunjukkan nya pada atasan langsung saya tersebut. Beruntunglah, atasan saya bisa berpikir secara logis. Karena sebenarnya, memang saya tidak ada masalah dengan salah satu deputi tersebut. Akan sangat disayangkan, ketika sang deputi tersebut. Ini masih mending, saya masih punya atasan yang baik. Lha kalo hal tersebut terjadi pada teman-teman yang tidak seberuntung saya? apa kata dunia coba?

Jumat, 27 Agustus 2010

Dare To Be Different

Sepertinya sepele untuk diucapkan. Kerena begitu terbentur dengan kondisi yang sesungguhnya, saya sendiri mengalami ketakutan yang luar biasa. Padahal masalah yang dihadapi juga sebenarnya mudah untuk dipecahkan. Ini hanya bermula dari ketidakberanian. Ketika saya mencoba untuk memahami orang lain, saya menjadi lebih takut bahwa saya tidak mampu menjadi bahagia. Karena selama ini, saya selalu terpusat dengan kebahagiaan saya sendiri. Keegoisan yang selama ini, menjadi benteng yang kukuh. Perlahan tapi pasti, harus saya ubah. Jika saya ingin berubah menjadi dewasa. Bagaimanapun, manusia tidak akan bisa hidup sendiri, minimal ada seorang teman sehingga hidup tidak menjadi kesepian. Yang paling pasti lagi, ada dalam ayat pada agama yang saya anut, Bahwa yang hidup, pastilah akan mati. weeww.. artinya, jika selama ini saya terlalu egois untuk hidup sendiri. Jika ini terjadi terus menerus, kelak saya akan merepotkan diri sendiri, jika mati. Siapa yang hendak mengubur saya. Benturan inilah yang kadang masih membuat saya takut untuk berani mengambil langkah apapun. Kadang, saya sering berpikir, ribet banget menyelenggarakan hal-hal yang selama ini selalu saya abaikn. lebih parah lagi, saya punya kecenderungan untuk malas menikah. Repot.. Sekalipun saya diimingi bahwa menikah itu enak sekali. Banyak rejeki lah. Bahwa menikah itu bagian dari ibadah lah. Saya pernah mengikuti seminar tentang pernikahan, beberapa kali. Pasangan juga sudah ada dan senang sekali mengajak saya menikah. Cuma greget saya, tidak ada sama sekali. Saya cenderung tidak peduli. Setiap kali saya melakukan kegiatan yang berkaitan dengan fisik, misalnya menyapu, mencuci dan sebagainya, saya selalu sempatkan untuk selalu berpikir, sebenarnya mau saya ini apa? masa cuma menunggu mati saja. It's so pathetic, girl. Sekarang, saya harus membiasakan diri untuk tidak hidup sendiri. Karena saya sudah melakukan langkah awal yang saya sadari kebodohannya. Bagi saya, jatuh cinta merupakan hal yang bodoh. Tapi tetap saja, saya jatuh cinta. sekarang, konsekuensi jatuh cinta ialah menjalani hari-hari untuk bisa mensejajarkan langkah dengan pasangan saya. Yang paling saya berat merasakannya adalah, menekan perasaan saya untuk tidak egois. Mencoba menerapkan hal-hal yang berbeda dengan hal-hal yang selama ini saya lakukan. Cukup berat sekali. Saya belum terbiasa untuk tidak egois.

Sabtu, 21 Agustus 2010

Pioneer

Tahun 2009 lalu, di kota kecil tempat tinggal saya sekarang, diluncurkan film perdana tentang kota kecil ini. Judulnya Melodi Kota Rusa. Buatan lokal yang patut diberikan apresiasi tinggi untuk membuat karya-karya yang lebih baik lagi. Walaupun film itu sudah dirilis tahun lalu, namun saya baru dapat menonton film itu, beberapa hari lalu. VCD nya memang sudah beredar, cukup murah kok. Film komersil dengan cerita klise tentang cinta dan hasrat meraih cita-cita. Alur yang ditampilkan sangat sederhana. Konflik yang muncul juga tidak banyak menimbulkan asumsi berlebihan. Penyelesaian juga tidak jelas. Masih banyak kekurangan. Namun yang unik disini, penggunaan bahasa Indonesia dengan dialek lokal Merauke. Saya merasa, bahwa lingua franca yang dipunyai setiap daerah, pada dasarnya memperkaya pengetahuan tentang bahasa Indonesia. Karena karakter Merauke yang merupakan daerah pesisir, tentunya akulturasi dan asimilasi dari banyak aspek, menjadi hal membuat bahasa Merauke terdengar campur aduk. Antara logat Papua asli dan serapan dari bahasa suku laen, misalnya Bugis, Jawa dan masih banyak lagi. Kebetulan saya berasal dari suku Jawa, pada waktu saya pertama mendengar percakapan dengan orang yang berlogat Merauke, saya bingung sekali dan hampir tidak paham sama sekali. hal ini, mungkin terkait dengan intonasi, pelafalan dan diksi yang digunakan. Serasa sekolah lagi, karena bahasa yang digunakan sebagian besar merupakan EYD. Sesuatu yang dulu tidak pernah saya hiraukan. Mungkin karena saya sendiri, terbiasa dengan perusakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dibutuhkan waktu beberapa lama untuk bisa memahami kata-kata tersebut. Namun, seperti biasa, alah mudah karena terbiasa. Ketika sekarang, "sa pi mancing" atau "ko tra bisa bantu sa pu susah kah?" tidak lagi membuat saya terpingkal-pingkal tertawa.

info lengkap film bisa diliat di http://cafeinbuti.blogspot.com/2010/07/sinopsis-film-melody-kota-rusa.html

Minggu, 18 Juli 2010

Under The Age

Ini hanya masalah tentang selera music. Sepertinya ada hal yang aneh ketika dalam usia saya yang tidak muda lagi, sudah separuh baya ini, masih saja up date dengan perkembangan musik anak muda. Beberapa waktu lalu, saya sibuk mendownload lagu dari Tailor Swift, Linkin park, Simple Plan, Owl City, bahkan hal-hal girly yang masih cukup norak untuk dilakukan oleh wanita seusia saya. Usia yang seharusnya sudah mengambil majalah keluarga dan kegiatan kewanitaan lainnya. Tetep saja, masih menyukai kegiatan loncat-loncat tidak jelas di kantor, bertingkah seperti anak SMA di ruang meeting, dan hal konyol lainnya. Ada apa dengan saya? Yang selalu tidak pernah merasa bisa dewasa. Sedangkan kedewasaan sungguh diperlukan untuk hal-hal yang membuat semuanya tampak elegan. Saya sedang berpikir, bahwa mungkin dunia sedang terbalik-balik. Banyak faktor yang membuat hal-hal tersebut menjadi hal yang benar-benar saya nikmati. Hidup terasa lebih menyenangkan, ringan dan membuat awet muda. Itu hal yang paling penting yang diajarkan oleh ibu saya. Rahasia awet muda, adalah selalu positive thinking. Tidak ada masalah bukan? Asalkan tidak mengganggu orang.

Minggu, 04 Juli 2010

Affair

Sebelumnya saya hanya mendengar, membaca dan menonton dari media, tentang urusan orang lain. Baik dari media cetak dan elektronik yang kadang menyuguhkan urusan orang lain tersebut untuk dikonsumsi oleh orang lain lagi, termasuk saya. Sekarang, ketika terdapat seorang rekan kerja saya yang bertanya pada saya, “Mbak, apa ibu X memang ada apa-apa dengan bapak Y, ya?”
Dalam hati, saya merasa bahwa yang namanya hasrat ingin tahu, couriosity about another, sepertinya sudah menjadi hal umum dan wajar terjadi di sekeliling saya. Mungkin sebagian besar orang di sekitar saya, menyukai untuk tahu tentang kehidupan orang lain. Bahkan saya, yang baru-baru ini mempunyai perilaku yang saya sendiri merasa bahwa hal ini tidak penting sama sekali untuk dilakukan. Saya melakukan hal melihat update status Facebook, Twitter, Yahoo Messager, dan beberapa situs jejaring social lainnya, yang sekedar ingin melihat siapa saja yang online, sedang beraktivitas apa mereka sekarang dan sebagainya. Hanya benar-benar melihat, tanpa komentar apapun. Cukup mengherankan tingkat kepedulian orang dengan sesamanya justru menyangkut hal-hal yang menurut saya tidak penting tersebut.
Lha mau bagaimana tidak, kebutuhan akan tahu tentang kondisi orang lain, terasa menjadi kebutuhan krusial. Waduh, betapa memalukannya. Namun hal itu yang membuat jaringan facebook, twitter dan sebagainya menjadi terkenal dan diminati di Indonesia. Semua hal yang berkaitan dengan teknologi, baik dari penyedia provider handphone dan computer, selalu saja mengunggulkan fasilitas ketersediaan facebook dalam menu aplikasinya. Selalu saja ada ungkapan, “Aduuh, saya belum update status hari ini..” Wahana jejaring massa menjadi lifestyle saat ini. Terkadang memang lebih disalahartikan untuk saling melongok tiap-tiap orang. Twitter misalnya, menjadi semakin laris ketika ada selebritis yang curhat di account nya. Hujatan lewat facebook, dapat membuat seseorang menjadi buronan massa dan polisi dalam sekejap. Iklan, membuat dukungan atau apapun bentuknya lebih efektif dilakukan di situs-situs tersebut.
Sah saja kok untuk terus menggunakan hal tersebut. Situs-situs tersebut biarlah menjadi bagian orang-orang yang mempunyai jiwa terbuka ntuk mengekspresikan semua hal yang terjadi padanya. Lagipula mungkin banyak orang yang sudah kesulitan menyuarakan hal yang menjadi uneg-uneg nya. Selama ini, tidak didengarkan oleh orang yang seharusnya mendengar. Mungkin dengan update status, setidaknya ada berkomentar. Penjiwaan bebas oleh rasa terkungkung dalam batasan aturan.
Ketika orang tertutup kadang menjadi sangat banyak bicara dalam komentar twitter dan facebook. Walaupun tidak memunculkan solusi, setidaknya, membuat lega.

Selasa, 22 Juni 2010

Cartharsis

yakni cara verbal pelepasan stres, tanpa mengharapkan solusi dari lawan bicara.*
beberapa hari belakangan ini, entah kenapa, beberapa teman saya mencoba mengajak saya berbicara tentang masalah pribadi mereka. bagi saya, sebenarnya tidak masalah hanya sebatas mendengarkan saja. namun ada beberapa yang menanyakan, "bagaimana jika menurut mbak Ifah?" waks...
mungkin anggapan mereka, saya bisa punya penjelasan yang pas untuk curhatan mereka. padahal andai mereka tau, bahwa sungguh, saya sendiri sudah cukup pusing dengan permasalahan saya sendiri. jadi saya tidak punya pendapat bahkan solusi untuk permasalahan mereka. maaf, bukan tidak mau dicurhati, melainkan saya benar-benar tidak punya pendapat sama sekali. saya sedang dalam kondisi tidak bisa berpikir disebabkan permasalahan yang sedang saya hadapi sekarang, cukup membuat kewarasan saya pergi entah kemana. sial sekali bukan..
adakalanya mungkin saya harus menyerah dulu. membiarkan waktu menelan permasalahan saya hingga pada akhirnya nanti akan selesai oleh pihak-pihak lain yang bersepakat untuk menyelesaikannya. seperti sekarang ini, cuma diam dan menunggu.. hiks..
ketika saya mencoba untuk berdoa, yang saya rasakan, beban itu sepertinya menguap dengan sendirinya. kesibukan untuk tetap waras, membuat semua beban yang saya rasakan, semakin berkurang. sepertinya memang sudah diatur untuk dikondisikan demikian.
ada perasaan kosong yang mulai terabaikan, artinya saya tidak lagi merasakan kosong yang selama ini selalu membuat saya terliat rapuh. kosong itu hampir tidak saya rasakan karena memang sudah saya lupakan. ketika berdoa pada Tuhan, Tuhan tidak serta merta menjelaskan apa yang seharus nya saya lakukan. Tapi dalam benak saya, saya hanya membuat kebaikan dengan ikhlas, menuruti hari-hari yang berlangsung, dengan tetap berpikir (kadang-kadang) mencari jalan keluarnya. sungguh absurd. saya sendiri kesulitan untuk tetep ikhlas. berat sekali untuk tidak berpikir bahwa sekarang ini saya sedang diuji dan dalam pencobaan-Nya. Mungkin saya sedang berpikir, bahwa dengan banyaknya curhatan dari teman-teman saya, sebagai keranjang sampah yang baik, Tuhan sedang menunjukkan, bahwa saya ini juga masih berguna bagi orang lain. hi..hi.. senang juga rasanya.
And I’ll forget the world that I knew. sejenak..hi..hi.. betapa saya merasa, hidup menjadi lebih bergairah, some kind of feel alive again. karena saya berusaha lupa pada dunia yang saya hadapi seharusnya. ehmm.. mungkin bukan seharusnya.. tapi saya tidak menemukan kata-kata yang tepat. tapi yang saya tau sekarang, jangan terlalu banyak mengeluh pada manusia. tapi bagi teman-teman yang ingin curhat dengan saya.. tetep terbuka lho. tenang saja, cuma jangan tanya tentang pendapat saya. saya tidak punya pendapat apa-apa.

*http://en.wikipedia.org/wiki/Catharsis

Jumat, 18 Juni 2010

Mama, you know i love you

Ibu ku, suatu hal yang tidak akan pernah bisa habis untuk diceritakan. Bagi kami, kedua anak perempuannya, ibu adalah sosok yang super unik. Kadang saya dan kakak perempuan saya, selalu tertawa bila mengingat perilaku ibu yang kadang super ajaib. Bukan bermaksud untuk menghina, melainkan memang perilaku ibu yang lebih riang, mudah akrab dan selalu semangat merupakan teladan yang tidak akan pernah bisa ditiru oleh anak-anaknya, bahkan kakak saya yang saya pikir sudah hampir mirip dengan ibu, tetap saja, masih belum bisa menyamai kepiawaian ibu. kemana bakat-bakat mu menurun, ibu?
Hal yang benar-benar membuat selalu menelphon ibu ketika saya sedang menghadapi masalah, adalah sikap positif thinking nya yang selalu diwujudkan dengan sikap. Bukan dengan omong kosong panjang yang kadang membuat pusing jika diceramahi, tetapi dengan contoh sikap. kadang memang nasehat nya tidak secara disengaja, bahkan seperti mengajak bergurau, jadi lebih terasa makna nya ketimbang mendengar yang membosankan. Sikap riang dan semangat, adalah sikap yang benar-benar membuat semuanya menjadi indah. Bertolak belakang dengan sikap Bapak yang pendiam dan cenderung pemikir, ibu benar-benar pasangan klop yang membuat suasana selalu meriah dan menyenangkan. cuma hal yang paling menyebalkan jika ibu berkumpul dengan nenek ku dan tante-tante ku yang laen, huaa.. dunia seakan menjadi milik mereka. brisik banget... semuanya diceritakan di forum tersebut. ampun deh, semua bisa langsung menyingkir dengan semua celotehan para ibu tersebut.
Sebagai kakak tertua, hi..hi.. tentunya, pendapat ibu lah yang akan menjadi bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan diantara wanita-wanita tangguh tersebut.
Saya benar-benar bersyukur, mempunyai ibu seperti ibu. Dengan sifat saya yang mudah kalut, sinis dan terlalu pemikir, ibu benar-benar menghibur saya secara eksplisit. Di rumah, saya bisa dikatakan tidak pernah akur dengan ibu. Ibu selalu pusing dengan dengan tingkah laku saya yang sangat bandel sekali, egois, dan susah diatur. Tetapi, ibu tidak pernah memarahi saya dengan kata-kata, mungkin ibu sudah hapal sekali dengan sifat-sifat anak-anaknya, hi..hi.. karena memang anak ibu cuma ada 2. Tetapi perlakuan yang tepat untuk menasehati secara efektif, bahkan ketika sekarang sedang demam guide parenting, ibu saya sudah menerapkan hal itu sejak 1971, begitu kakak saya lahir. hi..hi.. bangga dunk.. punya ibu cerdas.
Hal indah laennya, pada saat ibu tahu bahwa saya sedang dekat dengan teman lelaki yang berbeda agama, nasehat ibu, sungguh super simple, hal yang tidak pernah saya dengar dari orang laen yang menasehati saya panjang lebar. Karena ibu tahu, walau pun saya super bejat, tapi pikiran saya tetap waras, ketika itu, emosi dan perasaan saya sedang tidak bisa saya kendalikan untuk menuruti kewarasan saya. Adegan nya ketika saya membantu ibu memasak, dari obrolan yang ringan-ringan, ibu mengantarkan saya pada pembicaraan pribadi tentang lelaki itu. Ibu bilang, "kamu masih ingat, bahwa mendoakan suami yang berbeda agama itu, tidak akan sampai."
Duuueenngg,.. simple dan menusuk. Asli.. suer.. begitu dallleeeemmm.. gila aja.. saya benar-benar terkesiap. Tertohok dengan sukses.. sial.. Akhirnya..walau semalaman saya menangis tidak jelas, ibu tetap dengan sikap entertainment yang baik. Pelawak yang nggak ada matinya. Dibiarkannya saya dengan kekalutan saya, sibuk dengan pikiran gila saya. Ibu mengajak saya jalan-jalan dan membaca buku anak-anak. hi..hi.. karena memang itulah jurus ampuh untuk saya. Indahnya..
Hal unik yang baru-baru ini terjadi, adalah berebutan tempat duduk di kereta liburan. akhirnya saya baru sadar, jika sifat keras saya, justru berasal dari ibu.. hi..hi.. tapi efektif untuk mendapatkan tempat duduk yang agak nyaman dari kreta jakarta-yogya pp.
Tuuu..kaan.. ibu ku emang hebat. Di usia 60 tahun, alhamdulillah, ibu selalu sehat. amin..amin..amin.. masih bisa diajak becanda, seru-seruan..
Yang paling gokil, ibu tidak pernah menanyakan kemana saya pergi, asal pulang dengan baik, selalu memberi kabar jika pulang telat.. Sekalipun.. ever in my life.. ibu tidak pernah tanya, tentang kapan saya menikah. She is the coolest mom that i've never know. walaupun, saya dan ibu tidak pernah bisa akur,but after all, i love u, mom. with all my heart.

Rabu, 26 Mei 2010

Greengrocer

Lokasi kost saya berada di lingkungan kompleks sebuah perumahan. Dimana dalam keseharian, selalu berjumpa dengan ibu-ibu kompleks dan para assistennya. Kebetulan, di depan kost yang saya tinggali ini, menjadi posko tukang sayur untuk berjualan. Sehingga setiap pagi, ketika berangkat ke kantor, selalu menyapa dan bercengkerama dengan hiruk-pikuk ibu-ibu dan para assistennya. Cukup seru.
Dari kost menuju kantor, saya melewati beberapa orang tukang sayur. ada sekitar 3 orang tukang sayur yang saya lewati ketika menuju kantor. Tukang sayur pertama, memang mangkal di depan kost. Menggunakan lapak sistem knock-down alias, cuma berjualan ketika pagi hari, dan menjelang siang, tutup. tukang sayur kedua, membawa gerobak, sehingga bisa keliling dan mangkal ditempat tertentu. tukang sayur yang ketiga, berada di dekat jalan raya. Menempel pada emperan toko dengan sistem knock down juga. Cuma untuk kasus tukang sayur yang ketiga ini, saya merasa agak unik. Bukan secara personalnya, melainkan tentang gaya nya dalam mengelola management waktunya.
Setiap saya berjalan melewati dagangannya, berkisar antara pukul 7.30-7.55, ketika saya melewatinya lebih dari jam tersebut, dipastikan tukang sayur ini sudah menutup lapaknya dan beralih di tempat lain. Dan dipastikan pula, saya akan telat datang ke kantor.. hi..hi..
Saya berpikir, betapa sangat hebat si penjual sayur tersebut. Dia mampu melakukan disiplin tersebut dengan kontinue. Hal itu menunjukkan betapa dia sangat serius dengan kehidupannya. Padahal jam kerja dia bisa menjadi sangat fleksibel sekali.
Sedangkan saya, ditengah jam kerja yang sudah ditentukan, tercantum dalam peraturan yang setiap hari bisa saya baca di bagian alat presensi, dan itu pun tetap membuat saya sering telat masuk kantor...hi..hi.. betapa memalukan sekali tabiat saya ini. integritas yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. bahkan hanya untuk tepat waktu masuk kantor. berpikir untuk mengimajinasi indahnya disiplin, kadang masih susah untuk menjalankannya. bagun pagi saja, masih sering telat. gimana mau berdisiplin hal yang laen. hal yang paling parah yang pernah saya lakukan, adalah tindakan indisipliner pada budget saya. benar-benar mengacaukan rencana hidup. padahal emang perilakunya udah minus duluan. sial..
cukup menohok juga, ketika saya melewati tukang sayur dan tidak menemukannya di lapak nya. karena begitu menyedihkannya hidup saya, tidak bisa berdisiplin dengan baik. beberapa kali saya bisa mendahului nya berkemas, karena ketika saya lewat, dia masih sibuk melayani beberapa pembeli. saya bisa tersenyum sendiri sambil jalan saat itu. hi..hi..
kebiasaan baik bila dilakukan secara terus-menerus akan lebih bermanfaat. semoga saja, saya bisa lebih berdisiplin lagi.

Senin, 22 Maret 2010

the end of childhood age

rasa dewasa yang semakin harus ditanamkan pada konsep diri, menjadi masa trasisi yang pada sekarang ini, semakin membuat saya cenderung labil. hingga umur saya yang sekarang ini, yang banyak orang sudah menjadi para orang tua, saya justru sedang mengalami masa pencarian jati diri yang ingin saya bentuk untuk pijakan saya pada hari-hari mendatang. berbagai variasi tuntutan peran yang harus saya kerjakan, semakin mendesak waktu saya. dimana kebiasaan saya senang memprediksi sesuatu. tuntutan untuk segera menikah, kesibukan dalam karir, rasa berbakti pada orang tua dan meraih banyak impian yang semakin membuat saya harus selektif dalam mempercepat pikiran saya dalam pengambilan keputusan. padahal dalam masa-masa sebelumnya, lebih cenderung mengandalkan kesenangan dan asas kemanfaatan pada diri sendiri. sedangkan pada saat sekarang ini, saya tidak bisa lagi melakukan hal tersebut. banyak hal yang pada sekarang ini, menjadi perihal untuk dikaji terlebih dahulu. perasaan orang lain, pemikiran kelayakan, akan menjadi pertimbangan yang cukup signifikan dalam alasannya membentuk korelasi dengan sikap diri yang ditunjukkan pada orang lain. rasa yang selama ini, hanya senantiasa perpusat pada diri, tidak bisa lagi menjadi sesuatu yang dapat diandalkan. kemampuan mengelola emosi lebih kembali pada rasa tanggung jawab dan mental pemberani untuk menghadapi hidup. dunia tidak akan pernah adil, selama kita sendiri tidak mencari keadilan itu. mau berjuang sampe entah kapan, jika jalan yang ditempuh salah, tetap saja, tidak akan pernah berhasil. mungkin perlu dicermati dengan kecerdasan dan ketangguhan diri untuk menghadapi segala ketidakpastian yang bakal terjadi. being grow up, girl. insya Alloh..

Kamis, 18 Maret 2010

living single

hidup di kota besar, benar-benar membuat warna-warni hidup yang sebelumnya tidak pernah saya alami menjadi semakin terasa. tidak seperti tahun-tahun awal ketika saya pertama datang ke kota ini. mungkin pada waktu itu, saya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah kakak, menyebabkan pengetahuan saya tentang kota ini terbatas. karena setelah lulus kuliah, sepertinya belum membuat saya berani untuk pergi menjelajah lebih jauh tentang kota ini. saat sekarang, ketika saya tinggal sendirian di sebuah kamar kost yang penghuninya cukup bervariatif. membuat saya cukup tercengang dengan pola pikir masing-masing personelnya. begitulah, fenomena yang cukup unik, lagipula, manusia masih punya hak kebebasan menentukan pilihan hidupnya. banyak pemikiran dan mengetahui banyak hal, membuat saya semakin belajar tentang kerasnya hidup di sini. betapa banyak hal yang ditawarkan, menguji mental dan kokohnya prisip hidup mulai bisa mendapat pertanyaan yang semakin tidak masuk akal untuk menkaji ulang, "untuk apa saya hidup?" mengamati banyak hal yang sering menjadikan saya lebih berhati-hati dengan kondisi sekitar, sikap skeptis memang paling pantas diterapkan pada lingkungan sepertinya. mengamankan diri tentunya.. entah mengapa, kota ini begitu banyak memunculkan inspirasi bagi saya. mendiskripsikan hal-hal unik dari perilaku manusia, membuat saya menjadi lebih berusaha memanusiakan diri saya yang selama ini hanya menjadi seperti mesin yang membosankn. ketika menyentuh nurani dengan hal-hal dulu saya pelajari pada saat kuliah, betapa sangat menyenangkan sekali. gairah hidup yang sempat redup, seperti ingin dikaji sedemikian rupa. kenyataannya, sungguh terasa lebih membersihkan rangkaian unek-unek yang selama ini hanya menjadi wacana dalam pikiran. sarana detoksifikasi yang ampuh. kembali merenungi perjalanan hidup, bernostalgia dengan rasa yang telah lalu. ketika kembali bersama dengan orang-orang yang telah dikenal sebelumnya, setelah sekian lama bergaul dengan orang-orang asing dan baru, kini perasaan hangat berkumpul dengan hal yang telah lalu.

Selasa, 09 Maret 2010

railway, runaway



mendekatlah ketika sepi. pada saat lelah ku, membuat ku semakin rapuh dari yang biasanya. padahal ketika engkau bilang, "iya, cinta." cukup membuatku bisa merasakn hadirmu.. romantis mungkin bukan bagian dari sikapku yang angkuh. dengan mu, kelembutan itu mulai muncul dengan sendirinya. setidaknya aku jujur pada diriku sendiri. itu sudah prestasi loh. karena lebih sering membentengi dengan rasa egois dan angkuh ku. namun dengan mu, serasa tidak berarti lagi. tangis dan tawa ku, seperti nya engkau lebih paham. bahkan diluar bayanganku.. kamu bisa menduga, sebelum aku mengatakannya.. ketika kamu ucap, "selamanya, kita akan seperti rel. hanya akan berdampingan.. saling pandang, selalu beriringan, bahkan dalam liku nya jalan. namun tidak akan pernah menjadi satu" ya, begitulah.. tidak akan pernah bertemu, kecuali ketika ada persimpangan..sedangkan menyimpang adalah hal yang paling sulit dilakukan. ketika niat sudah lurus dijanjikan. sudahlah..

** gambar diambil dari background.wallpaper.com

Jumat, 05 Februari 2010

i wish

hati-hati dengan keinginan mu.. jika diulang secara mendalam hati, akan benar-benar terwujud. kadang saya tidak percaya dengan hal-hal yang saya pikirkan. tiba-tiba terwujud. kadang semuanya berlalu begitu saja bahkan tanpa saya sadari menjadi bagian yang aneh untuk dijelaskan. tapi semua kejadian yang ada, benar nyata, ada dan saya alami. seperti pada masa saya membayangkan kerja di salah satu gedung pencakar langit di daerah sudirman. gila aja, beberapa hal bodoh membuat saya menjadi terperangkap di dalamnya. hanya dalam hitungan bulan, semua khayalan saya menjadi terwujud. benar-benar ajaib. kadang saya berpikir, saya makin hati-hati dengan pikiran saya, karena saya berpkir, ketika saya berpikir hal yang buruk, saya takut akan hal buruk terjadi. jadinya, saya selalu berpikir hal yang baik-baik aja. kapok klo terjadi beneran. karena memang benar hal-hal yang saya pkirkan.. hampir semuanya terwujud. mulai dari naek pesawat ke papua, bengong sendirian di bandara, menjelajah tempat baru. terperangkap macet di jakarta, punya kendaraan pribadi (walo hanya motor), gila.. hampir semuanya dulu hanya bermula dari membayangkan. mungkin bagi orang laen, itu hal-hal remeh yang semua orang bisa. namun bagi saya yang dulu hanya bisa meliat di tv atau mengkhayalkan dari bacaan, smuanya terasa sangaaaattt luar biasa. jika ada beberapa hal yang belum terwujud, saya bakal mempunyai keyakinan bahwa hal itu hanya menunggu waktu untuk menjadi realita. bahkan pacar saya, yang sekarang ini, betapa senangnya ketika sekarang menjalani hari-hari seru dengannya. thanks God. semuanya indah.. semoga saya tidak lupa bersyukur atas segala kemudahan dan kemurahan yang Engkau berikan. semoga aku bisa merawat segalanya dengan baik.

Senin, 01 Februari 2010

friendship forever

bagimu.. mungkin.. tidak berarti, hanya suatu kesenangan yang sesaat saja. bagimu.. hanya suatu hal yang mudah dan sederhana. hanya ungkapan yang bisa dilakukan sambil lalu. hal remeh yang bisa saja setiap orang bisa melakukannya..
bagiku.. semua hal yang mudah dan sederhana itu bukan lah hal mudah dan sederhana, sangat berarti dan bermanfaat sekali. Bagian oase dalam pengembaraan yang tak berujung. ketika kelelahan yang mendera, engkau ada melakukan hal yang luar biasa padaku. terimakasih sekali ya, dirimu baik sekali..

Sabtu, 02 Januari 2010

THE NEW COMER

Penyeimbang jiwa merupakan hal yang indah untuk dimiliki setiap orang agar mampu melihat kebijaksanaan secara lebih menyeluruh. Membagi perasaan dengan orang lain ternyata memberikan banyak inspirasi agar mampu menimbang perasaan secara lebih seksama. Kenangan masa lalu yang kembali menyeruak hati kadang lebih susah menempatkan pada posisi yang tidak menyenangkan. Terlalu perih untuk mengingat pada hal yang bukan menjadi milik diri lagi. Semua telah berlalu seiring berlalu waktu. Semua tak sama. Tak mengenal lagi untuk kenangan itu. Hanya sebatas kenangan. Menyembuhkan luka yang entah kapan bisa sembuh. Menyandarkan pada rasa yang hanya untuk Dia, mendoakan sesuatu yang tidak pernah usai dan usang untuk mengharap dia menoleh pada sebuah asa. Menyedihkan memang. Tapi bila semua dilakukan dalam koridor keikhlasan yang hakiki, tentunya akan melihat semua dengan indah. Percaya saja, sesuatu itu pasti akan menyimpan rasa bahagia yang akan cepat datangnya. Berat dijalani, tetapi merupakan sarana mendewasakan diri agar tidak cepat puas dengan hal-hal yang sudah ada didepan mata. Harus bisa bersyukur dengan semua yang dipunyai. Jadi antara puas dan tidak puas. Menyeimbangkan hal yang tidak pernah bisa seimbang. Jadi membutuhkan ketrampilan jiwa untuk melihat bahwa mengelola semua hal yang ada itu menjadi selaras. Memusingkan dengan semua hal omong kosong yang mungkin menjadikan semua bukan saja pada tataran hakiki, melainkan pada hal yang tidak semestinya dirasakan bila sandaran hati yang sebenarnya adalah sang Maha Sutradara.
Waktu adalah hal yang paling absurd. Tidak ada hal yang paling membingungkan selain waktu itu. Apalagi waktu selalu berkaitan dengan ruang. Hal yang ada hanya dalam pikiran manusia. Ruang dan waktu merupakan hal yang tak akan habis untuk dibicarakan karena hanya dalam khazanah orang-orang gila yang mampu mengembangkan sesuatu hal yang tidak pernah bertemu ujung pangkalnya. Kembali menyerahkan pada hal yang notabene bukan kemampuan manusia untuk menerima semua hal itu. Manusia akan terbentur pada keterbatasan dan ketidakmampuan dalam menghadapi hal-hal yang ada di luar hidupnya. Begitu pula dengan semua hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Kemunculan yang tiba-tiba seakan menjawab semua hal yang menjadi munajat doa yang tidak pernah selesai.
Tuhan selalu bekerja dalam caranya sendiri. Unik dan tidak akan pernah menunjukkan kepastian yang memang harus ditunggu. Padahal yang ditunggu itupun harus mencari. Bertahan pada kegilaanlah yang paling mujarab untuk melindungi kewarasan sehingga tetap menyadari pentingnya akal sehat. Sungguh wajar, bila tingkat bunuh diri semakin tinggi. Tingkatan kebutuhan pengakuan diri pada investasi kepentingan semu kadang membuat orang semakin tidak memperhatikan bahwa kepentingan semu itu akan berakhir seiring dengan berakhirnya usia. Padahal bila dihitung, berapa lamakah manusia itu akan bisa bertahan di dunia? Sungguh hanya dalam hitungan hari. Sedangkan kepercayaan membuktikan bahwa ada kehidupan lain yang akan dijalani seorang manusia yang akan dijalani milyaran tahun, diluar kemampuan manusia itu berhitung. Sungguh ironi yang tidak pernah berakhir bila diperdebatkan secara matematis. Mengerikan bukan.
Oleh karena itu, kemungkinan yang paling menarik tentang masa depan adalah menyiapkan diri pada segala kemungkinan, terhadap segala sesuatu yang tidak akan pernah bisa diramal oleh siapapun. Paranormal sekalipun mungkin hanya punya sedikit kemampuan untuk melihat gambaran kabur tentang hal yang belum terjadi. Padahal adakalanya suatu hal akan menjadi menarik ketika tetap menjadi rahasia, sehingga membuat pelaku itu lebih penasaran untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Tentunya setelah tahu tentang sedikit demi sedikit rahasia yang mulai terungkap akan menjadikan rasa terlengkapi itu berubah menjadi rasa bersyukur.
Membuat kesan pertama biasanya cukup menyulitkan untuk menjaga kestabilan rasa. Bentuk kenyamanan yang menjadi bagian kebutuhan sekunder atau bahkan tersier bagi sebagian orang, tentunya harus dikelola agar semuanya bisa dikaji secara lebih ilmiah berikut dengan penjelasannya. Namun tentunya menjadi hal yang sangat wajar, ketika kekosongan jiwa itu diisi dengan interaksi dengan orang lain. Namun bukan perkara yang mudah untuk menemukan orang yang tepat, yang mampu secara pas melengkapi semua hal yang tidak kita miliki. Adalah sangat menyakitkan ketika masa lalu yang seharusnya hanya menjadi kaca benggala penorehan rasa di masa depan, harus kembali menjadi perjalanan yang selalu terjadi untuk dilewati. Membosankan untuk harus terjebak secara berkepanjangan. Memuakkan ketika harus membuat perbaikan yang semakin sulit dengan tingkat kompleksitas permasalah yang rumit.
Menapaki setiap pagi dengan harapan yang melambungkan angan untuk selalu menjaga setiap hati dengan keteguhan keyakinan. Kekosongan jiwa yang segera harus dipenuhi untuk melihat bahwa semuanya memang hanya menunggu. Tapi menunggu itu bukan hanya duduk terdiam. Mengumpulkan bekal untuk kehidupan yang entah kapan tabungan itu akan digunakan kelak. Tak cukup hanya dengan bekal semangat, keceriaan jiwa, tetapi juga kewarasan yang benar-benar waras, agar kesadaran semu itu tidak menjadi hal yang membelenggu. Ketika pada saat ini, kesadaran hanya berputar pada kepentingan semu untuk mendatangkan kepuasan pada diri kita, sehingga kita melupakan semua hal yang bersumber pada hal yang paling sempurna di dunia. Jika kita menyakini bila kematian itu pasti akan datang, tentunya menerima secara menyeluruh apapun yang diberikan pada kita. Tapi mungkin sungguh berat, bahkan amat berat. Ya, begitulah....
Itulah hidup yang harus dijalani, sebelum kita menemukan ketidakpastian yang pasti datangnya... kematian.

Lelaki itu beranjak pergi

Lelaki itu datang menghampiriku. Duduk dengan tenang di sebelahku seakan kita hendak membicarakan hal-hal ringan seperti biasanya. Sejak tadi, aku menunggunya di bangku taman kecil ini, tempat biasa kita berjanji untuk bertemu. Taman itu bersebelahan dengan tempat perbelanjaan sehingga kami biasa bertemu saat aku menunggu ibu belanja. Entahlah, sejak kapan aku bertemu dengannya pertama kali. Yang jelas, aku mengagumi kepribadian lelaki yang tak pernah bernama itu. Walau aku tahu bahwa manusia itu selalu punya kekurangan, tapi aku selalu bisa menerima kekurangan lelaki itu.
“Kamu benar hendak menikah dengannya?” tanya lelaki itu padaku.
“Mungkin. Walau benar hingga sekarang aku tidak pernah yakin dengan pernikahan tapi sepertinya aku akan menikah dengannya.” jawabku datar.
Lelaki itu mengangguk pelan. Ia merenung, entah apa yang dipikirkannya. Aku menunggu.
“Mengapa kita tidak bisa menikah? Bukankah diantara kita saling mengakui bila kita saling menyayangi?” tanyaku
“Kau tidak bisa menikah dengan bayangan. Kamu pun juga paham, aku juga sangat menyayangi dan mencintaimu.” jawabnya
“Aku hanya bisa mendampingimu, ada menjagamu. Tenang saja, aku cuma tidak bisa menikahimu. Itu saja.” tambahnya
Kami terdiam beberapa saat.
“Calon suamimu pasti marah jika tahu saat ini kamu ada bersamaku. Pulanglah, lebih baik kamu ikut dalam persiapan pernikahanmu. Usahakan dia tenang bersamamu selamanya. Dia telah mencintaimu dengan tulus. Jangan sia-siakan lelaki seperti dia.” Lelaki itu berkata lagi.
“Memang susah menempatkan bayangan. Antara ada dan tiada” kataku
Lelaki itu tertawa mendengar perkataanku. Ia menghela napas panjang seakan mengeluarkan semua beban yang ada dalam pikirannya sekarang ini. Dalam hatiku, aku sadar hanya mencintai satu pria, hanya dia. Lelaki tak bernama yang tidak akan mungkin terganti oleh lelaki yang lain. Lelaki yang tidak bernama itu menjadi selayaknya seorang guru bagiku. Selama ini kami bisa berbincang apa saja. Bahkan hal-hal yang tidak bisa aku ceritakan pada calon suamiku seperti tentang bosku yang menyukaiku. Bila aku cerita pada calon suamiku, yang ada malah keesokkan pagi bosku berangkat ke kantor dengan muka lebam karena calon suamiku telah memukulnya. Tentunya akan menjadi gosip yang menyenangkan bagi teman-teman kantorku selama beberapa waktu. Aku tak ingin terkenal hanya karena tercemar. Hanya pada lelaki tak bernama ini, aku bisa menyampaikan bermacam hal yang biasa dianggap aneh dan mendapat dukungan seperti yang aku inginkan. Mungkin orang lain akan menganggap hal yang kulakukan dengan lelaki tak bernama itu merupakan hal gila. Namun aku dan lelaki tak bernama itu menyukainya.
“Kau masih ingat saat kamu bilang bahwa kamu punya pacar?” tanya lelaki itu
“Ya, aku ingat. Ada apa?” aku kembali bertanya
“Aku cemburu.” jawabnya pelan
Cukup mengejutkan. Aku tak pernah tahu perasaannya. Waktu itu, dia hanya menjawab bahwa semoga lelaki yang menjadi pacarku ini adalah orang yang baik dan bertanggungjawab. Harapannya terkabul. Lelaki yang menjadi pacarku inilah yang menjadi calon suamiku sekarang. Bulan lalu, dia melamarku dan lusa kami akan menikah. Lelaki tak bernama ini selalu menggambarkan hal-hal yang indah dan manis. Baru sekali ini, dia menggambarkan hal-hal yang buruk dan pahit. Ia merasa cemburu. Hal yang tidak pernah terbayangkan olehku. Dia selalu mengajarkan tentang perasaan baik dan berpikir baik pada semua hal. Hal ini cukup berpengaruh padaku, karenanya hidupku menjadi lebih menyenangkan. Aku tidak pernah berpikir buruk pada apapun. Selalu berpikir ada hikmah dibalik semua hambatan yang terjadi padaku. Hanya saja, aku menjadi sedikit lebih acuh pada sekelilingku. Termasuk dengan perasaannya. Aku tidak perduli.
”Seringkali hidup ini tidak mudah ditebak arah dan tujuannya. Kecuali kita sendiri yang punya orientasi jelas untuk menentukan kemana arah yang hendak dituju.” lelaki itu berkata padaku.
”Ya, aku sangat paham dengan itu. Dulu aku juga tidak percaya dengan kebetulan, tapi karena peristiwa itu aku menjadi percaya bahwa Tuhan telah merencanakan semua dengan baik. Hingga kebetulan saja juga bisa mengubah hidupku.” ujarku pelan
”Pertemuan dengan calon suamimu itu?” tanya lelaki itu
“Ya.”
“Bagaimana?”
“Aku hanya mengandalkan doa. Sepanjang tahun itu aku selalu meminta agar segera dipertemukan dengan jodohku. Aku akan berusaha mencintainya seperti aku mencintaimu. Akhirnya, Tuhan memberikan aku sebuah perkenalan yang indah dengannya. Walau tak selamanya hubunganku bisa berjalan dengan baik. Bahkan beberapa bulan yang lalu, kami sempat putus. Hingga akhirnya kami dapat berbaikan kembali dan dia melamarku bulan kemarin. Kamu tahu, aku tidak mencarinya. Dia yang didatangkan Tuhan padaku. Kamu juga begitu. Walau kita bertemu hanya untuk berpisah.” jawabku getir
”Sudahlah. Tidak perlu disesali. Kita bertemu mungkin memang karena ada banyak pelajaran yang harus kita terima. Belajar untuk menerima bahwa kita tidak mungkin bersatu walaupun kita sama-sama saling mencintai. Belajar untuk menerima segala kekurangan. Itu dapat kamu ambil manfaatnya dengan berhubungan dengan calon suamimu. Setidaknya itu juga membuatmu kuat saat kamu putus dengannya. Kamu justru membiarkannya dengan wanita lain. Tidak semua wanita sanggup mengambil keputusan begitu. Kecuali telah mengalami perjalanan spiritual sebelumnya. Kamu benar-benar tangguh.” hiburnya
”Kamu juga membuatku cemburu.” ujarku lagi
“Bukankah itu yang kamu harapkan?” jawabnya sambil menoleh padaku
Aku hanya tersenyum pahit. Saat itu lelaki tak bernama ini mengatakan padaku bahwa dia telah mempunyai kekasih di kota lain. Tiba-tiba aku merasakan perih yang sangat dalam hatiku. Ternyata aku bisa cemburu dengannya. Perasaan yang aneh. Karena biasanya aku akan maklum jika lelaki tak bernama ini bercerita tentang perempuan lain. Aku percaya dengannya. Hal itulah yang membuatku cukup sulit mencintai calon suamiku sekarang. Karena bayang-bayang lelaki tak bernama ini selalu ada untukku. Mungkin aku tidak akan pernah benar-benar melupakan lelaki ini hingga suatu ketika calon suamiku benar-benar memutusku. Aku baru merasakan dunia seakan runtuh. Ternyata aku juga mencintai calon suamiku. Aku kehilangannya. Hidupku benar-benar hancur. Mungkin karena ketergantungan atau memang aku benar-benar mencintainya. Aku tidak pernah tahu. Sewaktu putus, aku juga merasa dilema antara tidak perduli dengan rasa sakit, ingin mencari yang lain atau tetap menunggunya. Yang aku lakukan adalah berdoa. Aku berdoa semoga antara aku dan calon suamiku sekarang dapat dipersatukan lagi dalam jalinan kasih. Rasa perih cukup mengganggu dalam meniti kesabaranku. Ingin rasanya bila semua hal yang aku impikan itu segera tercapai. Tapi kurasa semua butuh proses dan waktu. Tuhan selalu menjawab dalam caranya sendiri. Menunggu dalam harap yang entah kapan akan dipenuhi. Selama itu yang aku rasa hanya hampa, dingin dan sakit. Tapi aku cukup senang, karena dalam masa penantian itu aku tidak menghubungi lelaki tak bernama itu. Mungkin sudah menjadi kebiasaan burukku untuk cepat mencari korban selanjutnya sebagai teman curhat. Hingga suatu ketika aku bertanya pada temanku tentang keberadaan lelaki tak bernama ini. Kudengar kabar, dia telah menikah dan tinggal di kota tempatnya bekerja sekarang. Aku baru sadar, ternyata aku harus bisa hidup tanpa lelaki tak bernama itu. Cukuplah dengan masa lalu yang indah sekaligus buram itu. Aku mencoba bertahan dengan keangkuhan untuk tidak meminta bantuan seperti biasanya. Aku hanya berusaha curhat dengan Tuhan. Awalnya memang harus dilalui selayaknya orang gila, tetapi lama kelamaan justru kecanduan untuk selalu berdekatan dengan Tuhan. Aneh.. perasaan yang syahdu, khusyuk dan dingin terlanjur melenakan aku untuk selalu memohon apapun. Parahnya lagi, Tuhan selalu punya jalan untuk mengabulkan doaku dengan caranya yang selalu penuh humor. Cukup menyenangkan ketika aku mulai menghubungi calon suamiku yang pada waktu itu juga hendak menikah dengan pacar barunya. Calon suamiku ini agak sedikit lebih menunjukkan sifat penyabarnya daripada kemarahan seperti waktu-waktu sebelumnya. Walaupun aku tahu, bila dia bukan menjadi milikku lagi, tetapi tetap saja perlakuanku padanya tidak berubah. Hingga tiba masanya Tuhan mengabulkan doaku agar bisa mengembalikan calon suamiku yang hilang itu padaku kembali. Perbedaan yang cukup besar dengan pacar lamanya membuat calon suamiku ini berpikir ulang untuk menikahinya. Akhirnya dia memutuskan kembali padaku. Setidaknya itu yang menjadi versi ceritaku. Entahlah jika calon suamiku yang bercerita pada orang lain. Karena perbedaan yang ada dalam diriku dan dirinya juga cukup besar, ditambah lagi dengan perilaku aku yang dahulu telah melukainya.
Namun, aku hidup senyatanya. Tidak mungkin mengandalkan sebuah bayangan untuk hidup nyata. Masa depan yang akan kulalui adalah bersama calon suamiku sekarang ini. Biarkan lelaki tak bernama itu pergi dengan meninggalkan banyak hal pelajaran hidup yang selalu berguna bagiku. Bahkan pesannya padaku hingga detik terakhir pada saat dia hendak menikah akan aku ingat sepanjang hidupku. Tak ada salahnya aku belajar mencintai calon suamiku.