Kamis, 24 Oktober 2013

THE DEMONS


Beberapa waktu lalu ketika saya tidak bisa tidur pada dini hari, saya menyalakan televisi dengan harapan masih ada tayangan yang layak menjadi tontonan. Pada akhirnya saya memindah channel televisi yang tiba-tiba memunculkan tayangan mistis yang sampai sekarang pada umumnya masih menjadi andalan stasiun televisi. Saya tertarik menontonnya karena pada waktu itu tampak suatu adegan yang menurut saya cukup konyol untuk ditampilkan pada suatu siaran media yang sering kali mengusung slogan sebagai media informasi yang mendidik bangsa. Waduh, tayangan yang memuat per-hantu-an, kok bisa dibilang mendidik ya? Tapi sudahlah, pikir saya. Wong judulnya saya hanya berusaha mencari hiburan.
Berlokasi di suatu pinggir pantai, dengan suara deburan ombak yang berada di sekelilingnya, dan pasir putih, tampak adegan di tayangan tersebut, seorang mediator, istilah orang yang dirasuki roh halus oleh seorang yang tampak seperti ustad. Artinya ada seorang yang mengenakan kopiah, baju koko, kain sorban.. kan ini tampak seperti seorang pemuka agama, mengeluarkan jurus-jurusnya yang menangkap suatu makhluk astral kasat mata dan dirasukan pada seorang mediator. Kemudian, tampak seorang pewawancara yang menceritakan bahwa arwah yang merasuki mediator tersebut adalah orang yang dianggap dituakan pada dunia per-arwah-an di daerah tersebut. Dengan menggunakan bahasa jawa, dari sekian banyak pertanyaan yang disampaikan oleh mbak pewawancara, ada yang menurut saya cukup membuat saya terkekeh geli di dini hari sepi di ruang tivi rumah saya. Bukan suatu tayangan mistis, seperti yang diharapkan stasiun televisi yang menayangkan siaran tersebut. bahkan menurut saya, tayangan ini merupakan lawakan paling orisinal yang pernah saya tahu.
Mbak pewawancara menanyakan tentang orang yang ngalap berkah pada orang yang telah dirasuki oleh arwah tersebut, “Mbah, bagaimana dengan orang yang biasa mencari pesugihan di sini? Apakah banyak?”
Sang hantu menjawab, “Iyo, akeh sing mrene nggolek pesugihan”
Mbak pewawancara, “Apakah benar, mbah sanggup memberikan harta kekayaan kepada mereka?”
Sang hantu menjawab kembali, “Sing iso menehi pesugihan kuwi mung Sing Kuwoso.”
Hehehehe.. kurang lebih begitu. Dan hal tersebut, ditanyakan sekitar 3 kali oleh mbak pewawancara kepada mediator arwah tersebut. Lebih aneh lagi, ketika sang hantu menjawabnya bukan dengan kata iya, bukan atau lainnya, melainkan langsung mengungkapkan bahwa yang memberi kekayaan adalah Yang Maha Kuasa. Lha wong hantu kok bisa membuat suatu retorika… hehehe.. kocak kan.. Artinya sang hantu tidak mau secara eksplisit mengemukakan secara detail bahwa mungkin jika ada orang ngalap berkah, dan mendapat kekayaan, maka pada akhirnya hanya akan membawa malapetaka. Ini yang ngomong bukan saya lho, melainkan sang hantu itu.
Pada dasarnya saya ini terdidik secara alamiah menjadi orang yang skeptis. Sehingga tentang hal hantu tersebut, saya merasa antara percaya dan tidak percaya. Entahlah.. bingung.. saya percaya bahwa ada makhluk kasat mata tersebut. wong si mbak pewawancara menanyakan juga pada hantu itu, dan dijawab, “kami ini biasa kalian sebut sebagai jin.”. Namun untuk mempercayai lebih dari itu, seperti nya kok susah. Artinya ketika ingin percaya bahwa mereka bisa membuat kita sakti atau hal-hal selain itu, rasanya masih susah. Kultur keluarga saya yang kental dengan budaya Jawa dan Islam, justru membuat saya lebih paham dengan hal-hal spiritual seperti itu. Tapi untuk percaya, saya mikir dulu ya… namun masih anehnya lagi, ketika masih ada ajah orang yang mencari hal-hal begituan dengan sistem ekstrem, artinya instan. Waduh.. hari gini.. mana ada yang cepet-cepet dan gratis. Sebenarnya kan Tuhan memberi kelebihan manusia sebagai makhluk yang bisa berpikir. Harusnya dengan hal demikian, bisa mikir dunk, kenapa kita nggak minta pada Yang Maha Kuasa, yang menciptakan semua nya, malah meminta kepada sesama makhluk yang notabene semua makhluk itu punya peluang nafsu untuk oportunis. Haddeeww.. pusing kan. Hidup ini ajah dah pusing, kok malah cari perkara untuk lebih pusing lagi.

ESIO TROT (Aruk-aruk)



Binatang yang sebenarnya tokoh utama dalam buku cerita ini, bahkan tidak perlu membuat cerita tambahan. Karena yang menjadi tokoh kisah dalam buku ini adalah seorang jejaka tua yang sedang jatuh cinta pada perempuan paruh baya yang tinggal di bawah apartemen sang jejaka tua tersebut. Kura-kura hanya akan menjadi suatu benang merah yang akan melatarbelakangi kisah cinta sang jejaka tua.
Pada catatan sang penulis diawal buku, memberikan ilustrasi tentang permulaan ide yang muncul dari tema kura-kura tersebut. Bagaimana kura-kura menjadi binatang yang cukup digemari sebagai binatang peliharaan. Bahkan proses perdagangan kura-kura di Inggris, juga sekilas diceritakan.
Sebenarnya cukup membingungkan tentang kategori bacaan, karena ini menyangkut hubungan percintaan antara dua orang dewasa dan kura-kura sebagai media perantara mereka. Mungkin buku cerita ini cocok dibaca oleh anak usia 12 tahun ke atas. Ketika emosi anak mulai mengenal lawan jenis dan rasa yang melingkupinya.
Kisah tentang Mr. Hoppy tinggal di sebuah apartemen kecil, tinggi di dalam bangunan beton. Ia tinggal seorang diri. Dari dulu, dia selalu kesepian dan sejak pension dari pekerjaannya, dia lebih kesepian lagi. Ada 2 hal yang dicintai Mr. Hoppy dalam hidupnya. Salah satunya adalah bunga-bunga yang ditanamnya di balkon apartemen. Bunga-bunga itu tumbuh dalam pot, tong kayu, juga keranjang dan pada musim panas balkon mungil itu bermandikan warna-warni indah. Hal kedua yang dicintai Mr. Hoppy merupakan rahasia yang disimpannya sendiri.
            Balkon yang persis di bawah balkon Mr. Hoppy lebih menjorok keluar sedikit daripada yang ditempatinya, maka Mr. Hoppy selalu dapat melihat pemandangan dan kegiatan yang terjadi di bawahnya dengan jelas. Balkon milik wanita paruhbaya yang menarik bernama Mrs. Silver. Mr. Silver janda yang juga tinggal seorang diri. Dan walaupun ia tak menyadarinya, dialah yang diam-diam dicintai Mr. Hoppy. Mr. Hoppy mencintainya diam-diam dari balkonnya selama bertahun-tahun, tapi Mr. Hoppy amat pemalu dan tak pernah sanggup member sedikit saja petunjuk bahwa ia mencintai Mr. Silver.
            Setiap pagi Mr. Hoppy dan Mrs. Silver bertukan sapa dengan sopan, yang satu menatap ke bawah, yang satu lagi menatap ke atas, tapi hanya begitu. Jarak di antara balkon-balkon mereka mungkin tak sampai beberapa meter, tapi bagi Mr. Hoppy rasanya seperti berjuta-juta kilometer. Ia ingin sekali mengundang Mrs. Silver ke apartemennya untuk minum teh dan makan biscuit, namun setiap kali ia hendak merangkai kata-kata ajakan, keberaniannya menguap. Seperti yang kukatakan tadi, ia pria yang amat sangat pemalu (hal 12).
Mr. Hoppy mengkhayalkan, kalau saja dia dapat melakukan sesuatu yang menakjubkan seperti menyelamatkan nyawa wanita itu, atau menolongnya dari sekelompok perampok bersenjata, kalau saja dia dapat melakukan hal yang luar biasa sehingga membuatnya bagaikan pahlawan di mata wanita tersebut. Kalau saja..
            Masalahnya, Mrs. Silver telah memberikan seluruh cintanya pada makhluk lain, dan makhluk itu adalah kura-kura kecil bernama Alfie. Setiap hari, bila Mr. Hoppy menatap ke bawah melalui balkonnya dan melihat Mrs. Silver membisikkan kata-kata sayang pada Alfie serta mengelus batok kura-kura itu, ia menjadi sangat cemburu. Ia bahkan tidak keberatan menjadi kura-kura jika itu yang harus dilakukan untuk mendapatkan bisikan sayang dan elusan di batoknya dari Mrs. Silver setiap pagi (hal 15)
            Hingga suatu ketika, di suatu pagi yang cerah di bulan Mei, saat terjadi suatu yang mengubah dan jelas menyentakkan kehidupan Mr. Hoppy. Di pagi itu Mrs. Silver, mengharapkan bahwa Alfie si kura-kura akan tumbu lebih cepat. Mrs. Silver selalu menimbang Alfie pada timbangan kue pada saat Alfie bangun dari tidur di musim dinginnya. Setelah dipelihara dalam kurun waktu tiga belas tahun, kenaikan berat Alfie tidak lebih dari tiga ons dan nyaris tidak bertambah sama sekali. Mr. Hoppy berpendapat pada Mrs. Silver bahwa kura-kura memang lambat tumbuh, namun mereka bisa hidup seratus tahun. Mrs. Silver tetap berharap bahwa Alfie dapat tumbuh sedikit lebih besar.
            Kemudian benak Mr. Hoppy berputar seperti roda mesin. Ini jelas kesempatan besar baginya. Mr. Hoppy mengatakan pada Mrs. Silver bahwa dia tahu bagaimana cara membuat kura-kura tumbuh lebih cepat. Mr. Hoppy menyatakan bahwa ia pernah bekerja di Afrika Utara dimana kura-kura di Inggris ini berasal. Lalu ada seorang pria dari suku pedalaman memberitau rahasia. Mrs. Silver sangat senang sekali, hingga Mrs. Silver memohon pada Mr. Hoppy untuk memberitaunya. Mrs. Silver bahkan bersedia menjadi pelayan Mr. Hoppy seumur hidup. Saat Mr. Hoppy mendengar kata-kata menjadi pelayan seumur hidup, getar kebahagiaan merayapi tubuhnya.
            Lalu dimulailah trik Mr. Hoppy untuk membuat kura-kura peliharaan Mrs. Silver menjadi besar. Pertama, Mr. Hoppy memberikan mantra kepada Mrs. Silver. Dalam secarik kertas tersebut, Mrs. Silver harus membisikkan mantera itu pada Alfie dengan cara mengangkat Alfie sejajar dengan wajah Mrs Silver, dan membisikkan kata-kata itu tiga kali sehari, yaitu pagi, siang dan malam.
            Saat kembali ke apartemennya, Mr. Hoppy mulai menjalankan trik yang lain. Mr. Hoppy pergi dan membeli selembar kanvas tebal dan menggelarnya ke seluruh permukaan ruang duduk untuk menutupi karpet. Kemudian ia mengeluarkan buku telepon dan mencatat semua toko binatang yang ada di kota. Empat belas toko semuanya. Mr. Hoppy membutuhkan dua hari untuk mengunjungi seluruh toko binatang itu dan memilih kura-kua. Ia menginginkan banyak kura-kura, minimal seratus, mungkin lebih. Dan ia harus memilih mereka dengan seksama. Alfie memiliki batok berwarna gelap, maka Mr. Hoppy hanya memilih kura-kura yang batoknya berwarna lebih gelap untuk koleksi besarnya. Ukuran, tentu, sangat penting. Mr. Hoppy memilih berbagai ukuran, beberapa hanya sedikit lebih besar daripada Alfie yang beratnya tiga belas ons, beberapa jauh lebih besar, tapi Mr. Hoppy tak menginginkan yang beratnya kurang dari tiga belas ons. Oleh pemilik toko binatang, Mr. Hoppy diberitahu makanan binatang itu adalah kubis dan semangkuk air. Ketika selesai, Mr. Hoppy, karena sangat antusias, ternyata membeli tidak kurang dari 140 kura-kura dan ia membawa pulang dalam beberapa keranjang, sepuluh atau lima belas keranjang sekali jalan. Kemudian, Mr. Hoppy membuat dua cakar atau jari-jari besi, dan kedua cakar ini ia pasang di ujung pipa besi panjang. Ia memasukkan dua kawat tipis ke dalam pipa dan mengaitkannya dengan kedua cakar tadi sedemikian rupa sehingga jika ia menarik kawatnya, maka cakar-cakar itu mengatup, dan jika ia mendorongnya, cakar-cakar itu terbuka. Kawat-kawat tersebut dihubungkan dengan gagang di ujung pipa yang lain.
            Mrs. Silver bekerja paruhwaktu. Ia bekerja dari pukul 12.00 hingga pukul 17.00 setiap hari kerja di toko yang menjual surat kabar dan permen. Ini membuat aksi Mr.Hoppy jauh lebih mudah dilakukan.
            Maka pada siang pertama yang menegangkan itu, setelah yakin Mrs. Silver sudah pergi ke tempat kerjanya. Mr. Hoppy keluar menuju balkonnya, bersenjata pipa besi panjang. Ia menyebut alat itu penangkap kura-kura. Alfie sedang berjemur di bawah sinar matahari yang pucat pada satu sisi balkon. Dengan alat itu, Alfie dengan mudah dicapit dan diangkat ke balkon Mr. Hoppy, dan mengganti Alfie dengan kura-kura yang agak lebih besar sedikit. Dengan perhitungan yang cermat, Mrs. Silver tidak menyadari bahwa kura-kura yang sedang bersamanya itu bukanlah Alfie. Yang terlihat oleh Mrs. Silver, Alfie semakin hari semakin bertambah besar, sehat dan selalu makan lebih lahap dari biasanya. Mrs. Silver beranggapan bahwa tubuh besar kura-kura yang ada bersamanya karena mantera yang setiap hari dibisikkan padanya. Mr. Hoppy terus menerus menukar kura-kura tersebut hingga akhir minggu ke delapan.  Mrs. Silver kemudian menimbang kura-kura yang sedang bersama tersebut. Ternyata beratnya dua puluh tujuh ons. Mrs. Silver gembira sekali dengan perkembangan kura-kuranya. Mrs. Silver merasa berterimakasih sekali dengan keajaiban yang dilakukan oleh Mr. Hoppy. Ia bermaksud mengundang Mr. Hoppy minum teh di sore hari itu. Hingga muncullah keberanian Mr. Hoppy untuk mengajak Mrs. Silver menikah. Mrs. Silver tidak mengira bahwa Mr. Hoppy akan meminta menikah dengannya. Mrs. Silver bersedia menikah dengan Mr. Hoppy. Mr. Hoppy juga berjanji akan memelihara Alfie selamanya.
Esok sorenya, Mr. Hoppy mengembalikan semua kura-kura yang lain kepada para pemilik toko binatang dan mengatakan bahwa mereka boleh mengambil semua binatang itu dengan gratis. Mr. Hoppy membersihkan ruang duduknya, tak meninggalkan sedikitpun bekas kubis atau jejak kura-kura. Beberapa minggu kemudian Mrs. Silver menjadi Mrs. Hoppy dan keduanya hidup amat bahagia selamanya.
Pada penutup buku ini, dikisahkan bahwa Alfie kecil, si kura-kura asli peliharaan Mrs. Silver dibeli oleh seorang gadis kecil bernama Roberta Squibb dari toko binatang peliharaan. Roberta merawat Alfie dengan baik. Kejadian ini sudah lama sekali, Roberta sekarang telah dewasa dan memiliki dua orang anak, tapi Alfie masih tetap bersamanya. Begitu lama yang dibutuhkan Alfie untuk tumbuh dua kali lipat lebih besar daripada sewaktu ia bersama Mrs. Silver. Namun akhirnya Alfie menjadi besar juga.

Judul : Esio Trot (Aruk-Aruk)
Penulis : Roald Dahl
Ilustrasi : Quentin Blake
Penerjemah : Poppy Damayanti Chusfani
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2006

Resensi ini diikutsertakan dalam Fun Year With Children's Literature