Selasa, 24 Mei 2011

Original Taste



Hidup di daerah perantauan yang notabene hampir bertolak belakang dengan kebudayaan asal, kadang sering menimbulkan kerinduan tentang hal-hal yang berbau kampung halaman. Bahkan termasuk saya yang terbiasa hidup di berbagai tempat. Seiring dengan berlalunya waktu, ketika saya jauh dari daerah asal saya, sering pula merindukan makanan asal yang jarang dijumpai di tempat tinggal saya sekarang. Dari mulai, gethuk tiga warna, keripik belut, gudeg ceker dll. Kebetulan saya berasal dari suku jawa. Hidup merantau kadang membuat romantisme masa lalu menjadi sebuah perenungan tersendiri. Salah satu yang tiba-tiba muncul di kota tempat tinggal saya sekarang ini, adalah wedang ronde. Sesuatu yang terakhir kali saya nikmati ketika sedang berada di kota kelahiran saya. Nun jauh di pulau Jawa. Wedang ronde merupakan minuman yang menggunakan bahan air jahe. Sedangkan ronde merupakan campuran ketan yang diberi gula. Toping nya biasanya menggunakan buah kolang-kaling, kacang sangrai, bisa juga ditambah dengan agar-agar. Ketika berada di kota kelahiran saya, justru saya tidak menyukai minuman ini, walaupun minuman ini menjadi favorit ibu dan ayah saya. Namun ketika berada di perantauan seperti sekarang ini, makanan inilah yang menjadi sekadar pengobat rindu pada ibu dan bapak saya. Jadi ketika saya melihat penjual wedang ronde, terasa semangat untuk menikmatinya. Hal yang paling unik, adalah sesama pembeli, merupakan semua orang yang pernah merasa tinggal di Jawa. Ketika mulai mengenalkan pada anak-anak mereka. Terasa saya menyaksikan turunan budaya. "Pasti kamu nggak tau, minuman ini" kata seorang ibu pada anaknya. Anak itu hanya senyum-senyum saja. "Ini terlalu pedas" jawab sang anak, sambil mengibaskan tangannya di depan mulutnya. Yaaa, dialog yang membuat saya miris. Bilamana kebudayaan tidak akan terjaga baik, bila tidak ada penjaga kebudayaan yang tidak bisa menurunkan budaya secara baik. Apalagi ketika budaya global semakin bisa menggerus kebudayaan nenek moyang kita sendiri. Betapa sangat mengenaskan. Bagi saya dan suami yang kebetulan juga mengetahui beberapa kultur Jawa, memang merasa sedikit kesulitan jika harus berhadapan dengan budaya luar. Untuk menjaga rasa kedaerahan, walaupun hanya berdasar pada minuman saja. Sudah cukup mampu membuat romantisme masa lalu sedikit bisa terasa kembali.

Kamis, 12 Mei 2011

Flying with the Wings



Terakhir saya melihat burung-burung yang berkelompok terbang di langit senja. Mungkin sekitar 100 ekor lebih yang saya liat di kota kelahiran saya, sekitar akhir tahun 80-an, di Jawa. Saya mengingatnya dengan jelas, ketika saya masih umur 8 tahun tersebut ditunjukkan oleh ayah saya. Romantisme masa lalu yang setelah berlalunya waktu, kemudian saya melupakannya. Polusi yang semakin meningkat, ataupun perburuan burung-burung, mungkin membuat burung-burung itu tak lagi bisa terbang secara berkelompok pada sore hari. Selain itu, semakin saya sibuk dengan kegiatan sekolah, hingga bekerja sekarang ini. Saya sepertinya lupa dengan keindahan sore hari. Apalagi sekarang, rutinitas yang membosankan. Pulang bekerja saja, justru saat hari selesai gelap. Melihat matahari pagi dan petang saja, sudah lupa bagaimana bentuknya. Jiwa saya kembali terkenang pada peristiwa masa kecil indah itu, *thank’s to God. Give me fabulous childhood. Hingga suatu saat, saya melihat burung-burung itu kembali, ditempat saya bekerja sekarang. Nun jauh di ujung timur Indonesia. Jauh dari tempat kelahiran saya di Jawa. Ketika manusia, hutan dan laut masih saling bersahabat. Saya kembali menemukan burung yang terbang berkelompok tersebut. Betapa hal yang cukup mengharukan bagi saya. Mungkin bagi masyarakat disini, hal tersebut merupakan hal yang biasa saja. Bahkan kecenderungannya tidak begitu peduli. Karena memang hal tersebut bukan yang menarik untuk diliat. Sungguh mengesankan..

*courtesy by Yanthi Hotriana, burung di pantai kumbe, Merauke, Papua

The other side of story

“Sahabat mungkin akan pergi, tetapi persahabatan tidak akan pernah hilang”
Begitulah dulu saya pernah mendengar sesuatu kalimat yang disampaikan secara tidak sengaja oleh teman saya. Ketika itu akhir di masa kuliah, sekitar semester setelah menjelang skripsi usai. Saat berkumpul di perpustakaan pusat untuk menyerahkan bendelan skripsi sebagai syarat pengurusan gelar kesarjanaan di gedung rektorat. Berkumpul hanya dengan sahabat dekat yang sebentar akan berpisah, kembali ke tempat atau kota asal masing-masing. Mencoba merajut masa depan. Bagi yang memiliki IP lumayan tinggi, tentunya ada sedikit kebanggaan, mampu mencari pekerjaan atau bahkan mampu menciptakan pekerjaan. Bagi yang selama ini sudah bekerja, tinggal melanjutkan sedikit langkah untuk mendapatkan kehidupan yang semestinya. Kami lulus sekitar periode tahun 2003-2004. Sehingga detik ini, hanya tersisa segelintir orang yang bisa berkomunikasi. Baik melalui jejaring social, sms ataupun media lainnya. Sungguh mengharukan ketika sekarang saling bercerita tentang kondisi masing-masing. Keadaan yang sudah berkeluarga. Saling bercerita tentang suami, anak, ataupun keadaan diri sendiri yang penat dengan pekerjaan ataupun hal yang lain. Bercerita tentang mantan pacar dulu yang sekarangpun mungkin sudah berkeluarga dengan orang lain. Kadang ketika di facebook muncul tagging foto-foto jadul, sangat terasa kerinduan yang menyeruak muncul, “apakabar dia sekarang?” “bagaimana kondisinya sekarang?” Mendoakan hal-hal yang baik, menjadi obat yang menyenangkan untuk sekedar mengurangi rasa rindu tersebut. Teman-teman yang dahulu menjadi rekan seperjuangan, kini sibuk memperjuangkan keadaan masing-masing. Apalagi dulu ketika saya belum menikah, dan berteman dengan teman-teman yang telah menikah. Kadang merasa aneh, belum menemukan pasangan yang tepat dan mereka selalu bertanya, “kapan kamu menikah?”. Ironi yang tidak akan pernah selesai ketika sekarangpun, ketika selesai menikah, saya kembali ditanya, “kapan punya anak?” pertanyaan yang tidak akan pernah bisa selesai terjawab. Tapi sungguh, kebersamaan itu tidak akan pernah bisa digantikan. Rasa indah yang selalu akan ada dalam setiap perjalanan hidup masing-masing dari kita yang dulu pernah bersama. Ketika sekarang, kita sudah semakin tua dan sibuk dengan urusan pribadi, akan selalu ada hal yang membuat saya selalu merindukan setiap detik kebersamaan. Perubahan yang terjadi, memang berlaku natural, seiring dengan bergantinya waktu. Teman sejati tidak akan pernah bisa melupakan hal yang indah. Bila sekarangpun telah berubah, maka sebenarnya hanya pergantian masa disaat cerita lain sedang berlangsung. Maka akan ada cerita lain disisi sebaliknya. Sahabat yang tidak sengaja mengingat ulang tahun sahabatnya, mungkin hanya hal sepele. Namun bagi sahabatnya tersebut merupakan hal yang sangat penting. Merindu teman-teman lama tidak akan pernah usang untuk diceritakan. Kenangan indah yang akan selalu terpatri dalam relung hati. Saat sekarang, kesibukan memang merentangkan jarak bagiku dan bagimu, namun bertemu dalam mimpi kadang cukup membuat cerita itu akan tetap selalu ada. Andaipun dirimu yang nun jauh disana, tetaplah dekat dalam hatiku. Bila dirimu telah tenang disana, tetapkan hidup dalam imaji kenangan kebersamaan yang tidak akan pudar.

SOULMATE



Dulu saya pernah benar-benar jatuh cinta pada seorang pria sewaktu pada masa kuliah. Jatuh cinta yang membuat saya berpikir bahwa seperti nya dialah yang mampu menjadi teman sejati saya. Hingga beberapa lama, mungkin tidak mudah mengganti cinta saya pada pria tersebut. Namun karena banyak sebab, saya dan dia tidak bisa menikah. Padahal saya dan dia sama-sama saling mengerti bahwa diantara saya dan dia, memang saling mencintai. Hal yang paling unik, bahwa hubungan batin ini, sangat lah dekat sekali. Banyak sekali kebetulan yang membuat saya yakin, bahwa pria inilah teman sejati saya. Banyak hal yang dipikirkan, bisa terjadi pada saya dan dia. Pertama kali saya merasakan bahwa ternyata diantara manusia memang ada energy untuk saling tahu. Dulu saya hanya mencemooh ketika ibu saya berfirasat. Mungkin karena ibu saya tidak bisa menjelaskan tentang hubungan absurd yang terjadi diantara anggota keluarga saya. Namun ketika saya mengalaminya, saya kemudian berpikir, bahwa energy manusia apabila berkonsentrasi penuh pada sesuatu, akan menghasilkan suatu kepekaan tersendiri. Mungkin inilah yang menjadi modal pada para “Mind Games” saat mereka dengan mudah menebak angka atau apapun. Paranormal yang sanggup menjelaskan peristiwa kelak. Hal tersebut bukan perkara mistis, melainkan hanya melatih kepekaan yang mungkin sehari-hari bisa kita latih diantara anggota keluarga atau siapapun yang diinginkan. Biasanya yang paling manjur antara hubungan ibu dan anak atau istri dan suami. Ketika saya dan pria ini memutuskan untuk berpisah, saya berpikir, akankah suatu ketika saya bisa menemukan orang yang bisa berkoneksi batin secara luar biasa lagi. Pada kenyataannya, saya bisa menemukannya. Selama beberapa waktu pula, saya menempatkan pikiran saya untuk mengkonfigurasi ulang bahwa saya harus berdamai dengan masa lalu saya. Pria pertama, tidak mungkin menjadi partner keabsurdan saya. Kemudian saya kembali berlatih mengalihkan perasaan yang biasanya dulu saya terapkan pada pria lalu kepada pada pria sekarang. Setiap orang tentunya mempunyai kepribadian yang unik. Tidak pernah sama ataupun dipersamakan. Saya sendiripun tidak pernah mau untuk disamakan dengan perempuan manapun. Dengan pria kedua ini pun, saya kembali menemukan sesuatu yang luar biasa. Bahkan energinya lebih murni, karena secara pribadi, pria ini cukup polos. Bukan orang yang gemar berkata-kata sehingga jiwanya hanya berdasar pada kearifan lokal saja. Hanya mendasarkan pada pengalaman yang dijalaninya. Mungkin kekurangannya adalah tidak banyak belajar dari hal-hal yang ada diluar pemikirannya. Namun hal yang luar biasa, adalah kemampuan untuk cepat beradapatasi dengan pemikiran saya yang cenderung ruwet dan tidak berstruktur. Saya benar-benar merasa nyaman dengannya. Hampir mirip dengan pria dahulu, bahkan pria kedua ini jauh lebih baik dengan tidak banyaknya hambatan dalam mewujudkan perasaan dan energy nya. Perjuangan yang panjang untuk menemukan pria yang bisa menyamankan saya secara cerdas. Hal yang paling indah ketika pria kedua ini mempunyai selera humor yang unik, lebih baik dari pria terdahulu. Pria kedua ini, sanggup membuat saya tertawa tanpa harus berpikir untuk berpura-pura, mampu menjadi diri saya sendiri dan bisa berekspresi sebebas mungkin. Hal penting lainnya, ketika dia mampun berdamai dengan masa lalu saya. Cukuplah itu menjadi alasan dalam menjalani hari-hari mendatang yang tidak bisa diprediksi kemungkinannya. Semoga memang saya telah benar menemukan seorang teman sejati kembali. Yang bisa memimpin, membuat saya kembali berpikir dan mampu merangsang kreativitas hidup.