Rabu, 27 April 2011

Boss, what should we had to learn about?

The leader is one who knows the way, goes the way, and show the way. – John C. Maxwell
Saya membaca ungkapan itu sempat tertegun, ketika menyadari bahwa ketika saya bekerja sekarang, tidak banyak atasan saya yang mengerti arti sesungguhnya tentang jabatan yang sekarang dijalani. Mungkin memang seperti bonafid ketika mereka menyandang jabatan tersebut. Padahal ketika saya menjadi bawahan,kadang tidak pernah menerima suatu bentuk leadership diantara atasan saya. Malah yang ada bekerja bersama-sama. Lha apa gunanya jabatan pemimpin jika hanya bekerja bersama-sama dengan bawahannya. Padahal ketika sekarang bawahan ini seperti kehilangan arah (perusahaan mulai kolaps dengan invansi pihak asing) mereka malah beramai-ramai meninggalkan pekerjaan, tidak ada yang merasa cocok dengan metode yang baru dari management atas yang menerapkan system tersebut. Kerja keras yang selama ini dilakukan, dibiarkan begitu saja. Padahal mereka termasuk para perintis yang keilmuan tentang masing-masing bidang departemen, cukup banyak faedahnya. Namun siapa juga yang tahu isi dalam hati dan pikiran orang, mungkin saja mereka benar-benar telah jenuh, tidak bisa lagi mengembangkan karir, kebutuhan hal yang seharusnya dipenuhi tidak kunjung teralisasi. Atau jauh dari keluarga, minim hiburan, banyak hal lah. Mungkin jika dibandingkan dengan teman-teman saya yang lebih dulu bekerja di perusahaan yang bonafid dalam arti yang sesungguhnya, tentunya secara gaji, mungkin ditempat saya bekerja, gaji benar-benar menjadi modal utama karyawan bekerja. Untuk ukuran pegawai administrasi seperti saya, gaji tersebut, cukup menggiurkan bagi kandidat yang berlomba untuk mengisi kekosongan posisi yang telah lama ditinggalkan. Hanya orang-orang yang terpilih saja, yang mampu mengemban sesuatu yang tidak jelas. Bahkan termasuk saya, yang dari awal tidak suka dengan system management baru ini, lama-lama akan merasa jenuh sekali. Namun, tenggat waktu yang dilakukan menunjukkan bahwa semua orang dinilai kapabilitasnya sebagai karyawan. Saya sendiri juga sedang mencoba memompa semangat saya dalam bekerja. Rasanya seperti mengalami kejenuhan yang luar biasa. Siapa lagi yang bisa membahagiakan diri kecuali diri sendiri. Saya sedang mengumpulkan lagi, semangat yang dulu pernah ada ketika awal saya bekerja. Bahkan departemen saya paling sering berganti kepemimpinan. Justru membuat saya bisa mengerti karakteristik seseorang. Bahkan termasuk pimpinan yang selama ini saya takuti karena kenakalannya. Sori, bos. Tidak bermaksud loh. Jadi tolonglah para pemimpin kami, sedikit melihat bahwa butuh management baru untuk berkolaborasi dengan bos-bos baru juga. Saya juga sedang berusaha. Kadang usaha itu diperlukan agar mampu beradaptasi dengan hal-hal yang selamanya tidak bisa dicerna dengan akal. Cukup mengerikan rasa putus asa saya ini. Tapi setidaknya saya juga harus berpikir ulang, untuk meninggalkan pekerjaan ini. Lha artinya saya harus mudik ke Jawa, dengan segenap penyesalan, kenapa saya harus ke tempat yang terpencil ini. Please help me, God. Show me the way..