Senin, 20 Desember 2010

Stuck at The Moment part 2

Ini saat demotivasi yang paling parah. Setelah 2 tahun, saya bekerja pd perusahaan ini, saya merasa benar-benar dalam kondisi drop yang separah-parahnya. Biasanya, saya bisa mengalihkan perhatian sehingga bisa mulai mengawali semangat baru lagi. Namun, tidak tahu entahalah, ada apa dengan saya kali ini. Benar-benar lemah sekali. Ketika masuk kantor, rasanya sudah mual-mual. Menulis pun, saya lakukan ditengah jam kerja. Suatu hal yang parah sekali dalam hidup saya. Atau kah sudah saatnya saya mengawali sesuatu yang baru. Sepertinya menjadi penggangguran bukan menjadi pilihan sekarang. Atau mencoba pekerjaan baru lagi? atau saya malas untuk keluar dari zona kenyamanan saya. Rasanya benar-benar membingungkan. Memompa semangat untuk diri sendiri saja, kesulitan. Belum lagi, kondisi perusahaan sedang tidak stabil. Banyak rekan-rekan yang resign, karena management baru mungkin dirasa tidak sesuai dengan mereka. Saya merasa bisa bertahan, karena hanya sebagai admin, frekuensi konflik pun jarang terjadi. Sehingga saya, masih saja merasa bisa bekerja dengan baik. Lain hal nya dengan rekan-rekan yang mengalami efek secara langsung. Karena management dengan ketat mengawasi kinerja mereka. Pe-er saya sekarang, hanya membangun motivasi untuk diri saya sendiri. Mungkin butuh penyegaran. Cuti sudah dijadwalkan. Mungkin cuti kali ini, cuti paling stres yang saya alami. Merasa bahwa saya tidak berkembang. Hanya terkungkung dalam suasana aneh. Saya sedang berusaha dewasa, tidak hanya menjalani hidup saja. Harus mempunyai rencana. Namun saat ini, saya sedang tidak bisa berpikir. Huuff.. sial...

Sabtu, 18 Desember 2010

THE HARD TARGET

Sebenarnya ketika berbicara pencapaian, kadang saya tidak ingin memasang target. Hal ini menyakitkan ketika pada akhirnya nanti, kita tidak mampu mencapai target yang sebelum ditetapkan. Memang benar, kadang orang mengatakan gantungkan cita-cita mu setinggi langit. Namun jika kenyataannya, kita tidak mampu meraihnya, harus dikaji kembali tentang hal tersebut. Dimana letak kekurangan kita yang menyebabkan hal tersebut tidak mampu diselesaikan.
Dari sekian tahun yang saya lalui dengan mengenaskan, mungkin tahun inilah yang menjadi tolok ukur, bahwa saya sanggup menyelesaikan suatu hal yang dulu pernah saya mulai. Rasanya ketika mampu mencapainya, dunia seakan turut bernyanyi, serasa melihat pelangi di ujung langit dikala senja mulai menapak. Sedikit hiperbola, namun itulah rasa yang saya alami ketika mendapat hal yang sudah menjadi idaman saya sejak 10 tahun yang lalu. Padahal mungkin pencapaian saya ini, bagi orang lain merupakan hal yang biasa-biasa saja. Cukup menggelikan ketika mengingatnya. Pada saat sekarang, mungkin semua hal itu mengakibatkan hal itu selalu menjadi perhatian tersendiri. Secara saya sudah mempersiapkan semuanya ketika hal utama itu datang, terasa komplet. Sungguh aneh dan terasa norak. Tapi biarlah, tidak setiap tahun saya mampu mempersembahkan hal terbaik dalam hidup saya. Saya merasa tidak membutuhkan hal-hal lain. Ketika sekarang makin mutakhir perkembangan teknologi, saya juga tidak tertarik untuk menggantikan hal tersebut. Kadang memang segalanya harus dimulai dengan kecukupan. Saya hanya mengikuti perkembangannya saja. Namun tidak mengaplikasikan pada alat tersebut. Cukup mengetahuinya saja, sudah membuat hati ini menjadi senang. Tolok ukur kepuasan memang sungguh relative. Ketika saya berbicara tentang masalah fungsi. Sudahlah, hanya itu saja yang saya rasakan. Rasa yang dulu tidak pernah terbayangkan akan memilikinya. Mungkin inilah bentuk dari pembelajaran ikhlas. Walaupun disisi lain, kadang belum bisa saya terapkan. Tapi mungkin inilah pencapaian saya. Baru bisanya segitu. Tahap pendewasaan yang seharusnya sudah saya miliki sejak dulu, namun baru bisa saya miliki saat menyelesaikan pencapaian yang telah saya mulai tersebut. Euphoria yang cukup unik. Dimana setiap orang mempunyai keinginan dan pencapaian masing-masing. Target saya masih ada juga yang belum saya selesaikan. Tapi memang butuh kesungguhan yang luar biasa untuk mencapainya. Butuh bimbingan untuk membuahkan hasil yang baik. Perlu dicoba untuk menyempatkan waktu disela waktu rutin saya bekerja. Lha wong update blog saja, tidak tentu kok. Mau menargetkan hal-hal lain. Konsisten dulu pada hal yang simple dulu, baru berbicara tentang hal-hal yang lebih besar lainnya.