Minggu, 19 Mei 2013

About The Ex

Berikut tentang beberapa kalimat yang waktu lalu saya rangkum dari Kulwit Alberthiene Endah, tanggal 09 Maret 2013. Salah seorang penulis favorit saya, yang saya follow twitter-nya diantara penulis favorit saya lainnya. Begini Alberthiene Endah menulis : 1. Banyak banget ya, tips menjelang nikah. Jarang ada tips menjelang cerai 2. Menurutku orang yang sukses dalam percintaan bukan yang awet sama seseorang. Tapi orang yang tidak pernah membenci dan dibenci mantan-mantannya. 3. Mantan itu “tempat belajar”. Belajar tau jeleknya kita. Belajar mengerti jeleknya pacar. 4. Mantan juga tempat “berlari”. Bayangannya Cuma kita yang tahu enaknya untuk diapain. 5. Fisiknya mantan. Bayangannya nggak. Itu yang terjadi pada yang susah move on. 6. Mantan juga tempat mengukir. Tentang seberapa sanggup menyuruh pikiran kita untuk lupa. 7. Mantan itu nggak perlu dilupain. Karena orang-orang yang indah memang ditakdirkan untuk teringat. 8. Sebagaimana pikiran kita mampu menyimpan banyak hal, begitu pula ruang hati terhadap mantan. Tak perlu diusir, karena memang mereka pernah ada di sana. 9. Bagaimanapun juga, meskipun sekarang sejauh matahari, dulu dia pernah sedekat nadi. That’s all. Ehhmmm, okay. Jlleebbbb…. Kultwit tersebut sempat menohok telak bagi saya. Karena memang mungkin saya sendiri sampai sekarang masih belum bisa move on, dari 3 sosok lelaki yang pernah dekat dengan saya. 1 orang adalah mantan, 1 orang adalah selingkuhan abadi dan 1 orang adalah kasih tak sampai saya. Gile bener kan. Padahal mereka semua mungkin sudah tidak peduli lagi dengan saya. Bahkan saya sempat berpikir, jangan-jangan mereka pun sudah lupa dengan saya. Hihihi.. betapa saya ini tampak sangat mengenaskan sekali bukan. Namun tidak bisa saya pungkiri, saya sering bermimpi tentang mereka. Macem-macem ceritanya. Dari mulai jalan ke mall, jalan di padang rumput, ketemu di ruang bandara dll. Uniknya dalam mimpi tersebut, sosok suami saya pun selalu menyertai saya. Setiap kali saya bangun tidur dengan mimpi aneh tersebut, saya selalu merasa geli. Saya bisa mengenang kembali mereka yang pernah sedekat nadi tersebut. Lucu sekali pikir saya. Saya berharap suatu saat, saya bisa melepaskan mereka semua dengan lega. Mungkin butuh waktu untuk lebih sibuk dari sekarang ini untuk bisa tiba-tiba memandang mantan tersebut sebagai bagian hidup. Kadang pikiran saya sering menghadirkan bayangan mereka, untuk sejenak istirahat dari hiruk pikuk suasana hati saya. Namun sungguh, saya terlalu penakut untuk selalu berdekatan kembali secara nyata dengan mereka. Kecuali dengan orang kisah tak sampai saya itu. Masih aman, karena kebetulan dia bisa menjaga kenangan saya pada tempatnya. Dia menikah atau tidak pun, tidak memberitau saya. Hehehe.. jadi makin cinta deh padanya.. saya menganggap dia bijaksana dalam menyikapi saya yang berulang kali menyatakan cinta padanya dulu.. Tapi untuk mantan dan selingkuhan abadi saya, saya belum bisa mendekat kembali. Bahkan hingga account FB dan email nya, saya hapus. Demi menjaga kenangan indah saya tentang mereka pada tempatnya. Kebetulan mereka semua telah menikah pula. Saya terlalu takut untuk cemburu..hehehe.. Mungkin memang begitulah sifat saya yang tidak pernah bisa untuk terlalu dalam merasakan sakit. Menjauh dari bagian yang menurut saya bagian yang harus dikubur dalam. Bagi saya, dengan mengingat hal-hal yang indah, akan memompa semangat saya meraih hal-hal yang lebih baik lagi. Mengafirmasi bahwa saya bisa berkreasi dan optimis menjalani hidup. Makanya untuk mendekati mantan, saya lebih sering berpikir milyaran kali deh. Cukup mengakhirkan kisah cinta yang sedemikian kocak itu indah pada waktunya. Menjadikan bahwa semuanya harus selesai, tuntas disitu saja. Cukup dengan keindahan bayangannya saja yang kadang saya pikir, akan mengabur dengan sendirinya. Entah kapan. Pada masanya, kelak. Karena sampai sekarangpun, saya memang belum sanggup untuk bisa lupa. Merasakan bahwa sungguh, hal yang aneh ketika dulu dengan polosnya saya bisa menyerahkan hati, rasa dan jiwa. Untungnya Tuhan mempertemukan dengan suami saya, yang memang saya rasa pas untuk memahami tentang semuanya pada diri saya ini. Jadi ketika menikah pun, saya tidak merasa kehilangan jati diri dan pemikiran saya. Dan kebetulan sungguh merupakan hal menyenangkan ketika saya masih bisa melakukan hal-hal di "me time" seperti biasanya.