Kamis, 30 September 2010

Motivation

Sebenarnya saya sudah lupa dengan teman saya ini. Hanya sekilas ingatan yang membuat saya agak mampu memdeskripsikan bagaimana bentuk wajah nya dulu, ketika kita masih bersama duduk di bangku SMP. Kebetulan teman saya ini, sekarang berprofesi sebagai penyanyi yang sedang merambah dunia hiburan. Mungkin sebagai anak band yang sekarang identik dengan kehidupan yang glamor, mungkin gaya hidupnya pun juga ikut berubah. Setelah sekian puluh tahun berpisah, tiba-tiba saya dan dirinya dipertemukan lagi dalam jejaring social yang cukup terkenal saat ini, Facebook. Berawal dari hobi saya yang senang mencermati status orang lain yang ada dalam pertemanan saya, saya menyadari ada hal yang tidak beres antara, dirinya, dan kedua teman saya yang lain. Kebetulan, saya pun mengenali rekan-rekan saya yang lain tersebut. Gila, dunia memang begitu sempitnya. Hubungan yang benar-benar tidak banyak berubah ketika pada masa itu. Dari jaman SMP yang berkisar dari tahun 90an hingga di abad 21 ini, tidak banyak merubah cerita hidup mereka. Padahal jika dirunut, terlalu banyak hal yang dilewatkan demi teman artis saya itu. Sungguh, hal yang bagi saya merupakan hal yang sia-sia. Banyak impian lain yang bisa diraih untuk lebih baik diusahakan, daripada hanya memperebutkan hal yang remeh. Hanya urusan cowok.
Masih banyak hal yang bisa dilakukan buat Negara ini. Tapi mungkin idealisme yang berbeda dengan sikap sok peduli saya tersebut. Kebetulan lagi, teman artis saya tersebut, menjadi pengisi soundtrack sebuah film buatan sutradara kondang. Beberapa waktu ini, saya kebetulan menonton film tersebut. Video klip yang teman artis saya ini pun muncul pada film tersebut. Awal saya menonton film tersebut, bukan karena cerita dari film melainkan ingin melihat performa dari teman artis saya itu, yang membuat dua orang gadis antri memperebutkan cinta dari sang arjuna. Saya memang tidak berhak sama sekali untuk ikut campur dalam urusan pribadi mereka. Toh mereka juga tidak memerlukan pendapat saya untuk melanjutkan keputusan-keputusan hidup mereka. Bahkan mereka tidak akan perduli, bahwa saya cukup perhatian dengan kisah cinta mereka yang unik. Kadang ketika saya iseng mencermati status di FB, saya cenderung bercerita pada sahabat-sahabat saya yang lain, tentang betapa hidup tidak akan berkembang ketika kita tidak melangkahkan kaki keluar pada daerah kenyaman kita sendiri. Berani menghadapi hal-hal yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Itulah sesungguhnya hidup.
Mungkin teman saya yang satu ini, menyadari bahwa tindakannya untuk menunggu sang arjuna yang menurut saya juga masih bermain-main dengan hidupnya sendiri, merupakan perjuangan yang layak mendapatkan penghargaan. Sedangkan rekan wanita yang terkalahkan, sampai dengan saat ini masih belum memberikan tanggapan apa-apa. Cukup tragis juga hidup teman SMP saya ini. Semoga saja, dia tabah dalam menjalani hidupnya. Kehilangan segalanya, cinta dan pria yang dicintainya pun berpaling pada orang lain. Tidak banyak orang bisa dengan cerdas bisa menyikapi hal-hal tersebut. Bahkan ketika saya sendiri yang mengalaminya, belum tentu juga sekuat teman saya ini. Cukup salut teman. Lanjutkan hidup dengan lebih baik lagi. Kamu layak dapat pria yang lebih baik dari teman kita itu, sungguh, tentunya banyak hikmah yang bakal diperoleh dari peristiwa ini. Balasan yang akan diterima bagi orang yang bertawakal tentunya akan lebih indah. Semangat ya, pren.

Rabu, 29 September 2010

THE OTHER CHOICE

Tak terasa, usia saya benar-benar akan menginjak angka kepala tiga. Tidak banyak catatan sejarah yang bisa saya banggakan. Bahkan ketika melihat rekan-rekan, melalui jaringan social yang sedang marak belakangan ini, menunjukkan dengan bangga betapa bahagianya mereka dengan keluarga kecil mereka. Setiap status yang ditulis, biasanya berputar antara suami dan anak. Pengharapan yang indah tentang berumah tangga dengan baik. Melihat betapa hidup tidak melulu monoton hanya dengan kerja dan hal-hal membosankan lainnya. Ada anak-anak yang bisa membuat semuanya menjadi ceria kembali. Usaha untuk tidak membuat bosan pada keadaan yang semakin hari semakin terhimpit tekanan hidup. Beruntung, saya masih bekerja. Artinya masih banyak hal-hal yang bisa saya lakukan untuk menunjang hidup saya untuk hanya sekadar berdasar waras. Masalah yang hidup di kota kecil, adalah keadaan saya yang single. Terkesan memang menyenangkan. Tidak ada beban dan bisa terus bermain-main. Bisa menghabiskan gaji dengan memenuhi kebutuhan diinginkan. Kadang saya sendiri masih saja, kebingungan untuk menentukan hal apa yang sekarang akan saya lakukan. Hidup saya hanya sekadar menjalani hari. Perasaan kosong yang entahlah, sejak kapan saya mulai merasakannya. Pastinya terasa seperti zombie yang tersesat di masa sekarang. Kadang membuat saya sering merasa hal yang sebenarnya wajar, menjadi hal aneh bagi saya. Gawat juga, mungkin saya telah mengalami tekanan mental yang sedemikian akut sehingga hampir menjadi gila tanpa saya menyadari bahwa saya mungkin benar-benar gila. Sikap acuh saya pada kehidupan membuat saya semakin menyadari bahwa hidup saya benar-benar hanya menjalani waktu. Betapa mengerikannya hidup saya ini. Beruntung saya mempunyai pasangan yang benar-benar sabar menghadapi perilaku saya yang aneh ini. Mungkin anugrah Tuhan yang mampu membuat penyeimbang yang indah pada hidup saya yang menyedihkan ini. Banyak hal yang saya pelajari darinya. Terutama perasaan bersabar pada kondisi yang biasanya hanya terpusat pada diri saya sendiri, saya harus berbagi dengannya. Kadang saya benar-benar harus belajar bersabar padanya. Tidak semua hal bisa berjalan sesuai kemauan saya. Karenanya memang saya sedang belajar untuk tidak egois. Segala sesuatu harus dibicarakan secara baik. Kebiasaan memang pasangan saya inilah yang mengalah pada sikap egois saya ini. Begitulah adanya. Tapi sebenarnya memang ini saat nya saya belajar menjadi dewasa, bernalar seperti selayaknya wanita seusia saya. Tapi konsekuensi yang saya peroleh, maka saya akan kehilangan jati diri saya. Saya berpikir, apakah sepadan dengan hal-hal yang selama ini saya pegang teguh. Semua hal indah yang selalu saya jalani, mungkin memang harus dipuaskan sampai tiba saatnya, saya tidak lagi menjadi diri saya sendiri lagi. Waktu, memang aneh, hidup adalah rangkaian alasan yang membuat orang menjadi hal yang bermanfaat. Cita-cita menjadikan hidup semakin indah dan berwarna.