Minggu, 04 Juli 2010

Affair

Sebelumnya saya hanya mendengar, membaca dan menonton dari media, tentang urusan orang lain. Baik dari media cetak dan elektronik yang kadang menyuguhkan urusan orang lain tersebut untuk dikonsumsi oleh orang lain lagi, termasuk saya. Sekarang, ketika terdapat seorang rekan kerja saya yang bertanya pada saya, “Mbak, apa ibu X memang ada apa-apa dengan bapak Y, ya?”
Dalam hati, saya merasa bahwa yang namanya hasrat ingin tahu, couriosity about another, sepertinya sudah menjadi hal umum dan wajar terjadi di sekeliling saya. Mungkin sebagian besar orang di sekitar saya, menyukai untuk tahu tentang kehidupan orang lain. Bahkan saya, yang baru-baru ini mempunyai perilaku yang saya sendiri merasa bahwa hal ini tidak penting sama sekali untuk dilakukan. Saya melakukan hal melihat update status Facebook, Twitter, Yahoo Messager, dan beberapa situs jejaring social lainnya, yang sekedar ingin melihat siapa saja yang online, sedang beraktivitas apa mereka sekarang dan sebagainya. Hanya benar-benar melihat, tanpa komentar apapun. Cukup mengherankan tingkat kepedulian orang dengan sesamanya justru menyangkut hal-hal yang menurut saya tidak penting tersebut.
Lha mau bagaimana tidak, kebutuhan akan tahu tentang kondisi orang lain, terasa menjadi kebutuhan krusial. Waduh, betapa memalukannya. Namun hal itu yang membuat jaringan facebook, twitter dan sebagainya menjadi terkenal dan diminati di Indonesia. Semua hal yang berkaitan dengan teknologi, baik dari penyedia provider handphone dan computer, selalu saja mengunggulkan fasilitas ketersediaan facebook dalam menu aplikasinya. Selalu saja ada ungkapan, “Aduuh, saya belum update status hari ini..” Wahana jejaring massa menjadi lifestyle saat ini. Terkadang memang lebih disalahartikan untuk saling melongok tiap-tiap orang. Twitter misalnya, menjadi semakin laris ketika ada selebritis yang curhat di account nya. Hujatan lewat facebook, dapat membuat seseorang menjadi buronan massa dan polisi dalam sekejap. Iklan, membuat dukungan atau apapun bentuknya lebih efektif dilakukan di situs-situs tersebut.
Sah saja kok untuk terus menggunakan hal tersebut. Situs-situs tersebut biarlah menjadi bagian orang-orang yang mempunyai jiwa terbuka ntuk mengekspresikan semua hal yang terjadi padanya. Lagipula mungkin banyak orang yang sudah kesulitan menyuarakan hal yang menjadi uneg-uneg nya. Selama ini, tidak didengarkan oleh orang yang seharusnya mendengar. Mungkin dengan update status, setidaknya ada berkomentar. Penjiwaan bebas oleh rasa terkungkung dalam batasan aturan.
Ketika orang tertutup kadang menjadi sangat banyak bicara dalam komentar twitter dan facebook. Walaupun tidak memunculkan solusi, setidaknya, membuat lega.

Tidak ada komentar: