Sabtu, 21 Agustus 2010

Pioneer

Tahun 2009 lalu, di kota kecil tempat tinggal saya sekarang, diluncurkan film perdana tentang kota kecil ini. Judulnya Melodi Kota Rusa. Buatan lokal yang patut diberikan apresiasi tinggi untuk membuat karya-karya yang lebih baik lagi. Walaupun film itu sudah dirilis tahun lalu, namun saya baru dapat menonton film itu, beberapa hari lalu. VCD nya memang sudah beredar, cukup murah kok. Film komersil dengan cerita klise tentang cinta dan hasrat meraih cita-cita. Alur yang ditampilkan sangat sederhana. Konflik yang muncul juga tidak banyak menimbulkan asumsi berlebihan. Penyelesaian juga tidak jelas. Masih banyak kekurangan. Namun yang unik disini, penggunaan bahasa Indonesia dengan dialek lokal Merauke. Saya merasa, bahwa lingua franca yang dipunyai setiap daerah, pada dasarnya memperkaya pengetahuan tentang bahasa Indonesia. Karena karakter Merauke yang merupakan daerah pesisir, tentunya akulturasi dan asimilasi dari banyak aspek, menjadi hal membuat bahasa Merauke terdengar campur aduk. Antara logat Papua asli dan serapan dari bahasa suku laen, misalnya Bugis, Jawa dan masih banyak lagi. Kebetulan saya berasal dari suku Jawa, pada waktu saya pertama mendengar percakapan dengan orang yang berlogat Merauke, saya bingung sekali dan hampir tidak paham sama sekali. hal ini, mungkin terkait dengan intonasi, pelafalan dan diksi yang digunakan. Serasa sekolah lagi, karena bahasa yang digunakan sebagian besar merupakan EYD. Sesuatu yang dulu tidak pernah saya hiraukan. Mungkin karena saya sendiri, terbiasa dengan perusakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dibutuhkan waktu beberapa lama untuk bisa memahami kata-kata tersebut. Namun, seperti biasa, alah mudah karena terbiasa. Ketika sekarang, "sa pi mancing" atau "ko tra bisa bantu sa pu susah kah?" tidak lagi membuat saya terpingkal-pingkal tertawa.

info lengkap film bisa diliat di http://cafeinbuti.blogspot.com/2010/07/sinopsis-film-melody-kota-rusa.html

Tidak ada komentar: