Sabtu, 02 Januari 2010

THE NEW COMER

Penyeimbang jiwa merupakan hal yang indah untuk dimiliki setiap orang agar mampu melihat kebijaksanaan secara lebih menyeluruh. Membagi perasaan dengan orang lain ternyata memberikan banyak inspirasi agar mampu menimbang perasaan secara lebih seksama. Kenangan masa lalu yang kembali menyeruak hati kadang lebih susah menempatkan pada posisi yang tidak menyenangkan. Terlalu perih untuk mengingat pada hal yang bukan menjadi milik diri lagi. Semua telah berlalu seiring berlalu waktu. Semua tak sama. Tak mengenal lagi untuk kenangan itu. Hanya sebatas kenangan. Menyembuhkan luka yang entah kapan bisa sembuh. Menyandarkan pada rasa yang hanya untuk Dia, mendoakan sesuatu yang tidak pernah usai dan usang untuk mengharap dia menoleh pada sebuah asa. Menyedihkan memang. Tapi bila semua dilakukan dalam koridor keikhlasan yang hakiki, tentunya akan melihat semua dengan indah. Percaya saja, sesuatu itu pasti akan menyimpan rasa bahagia yang akan cepat datangnya. Berat dijalani, tetapi merupakan sarana mendewasakan diri agar tidak cepat puas dengan hal-hal yang sudah ada didepan mata. Harus bisa bersyukur dengan semua yang dipunyai. Jadi antara puas dan tidak puas. Menyeimbangkan hal yang tidak pernah bisa seimbang. Jadi membutuhkan ketrampilan jiwa untuk melihat bahwa mengelola semua hal yang ada itu menjadi selaras. Memusingkan dengan semua hal omong kosong yang mungkin menjadikan semua bukan saja pada tataran hakiki, melainkan pada hal yang tidak semestinya dirasakan bila sandaran hati yang sebenarnya adalah sang Maha Sutradara.
Waktu adalah hal yang paling absurd. Tidak ada hal yang paling membingungkan selain waktu itu. Apalagi waktu selalu berkaitan dengan ruang. Hal yang ada hanya dalam pikiran manusia. Ruang dan waktu merupakan hal yang tak akan habis untuk dibicarakan karena hanya dalam khazanah orang-orang gila yang mampu mengembangkan sesuatu hal yang tidak pernah bertemu ujung pangkalnya. Kembali menyerahkan pada hal yang notabene bukan kemampuan manusia untuk menerima semua hal itu. Manusia akan terbentur pada keterbatasan dan ketidakmampuan dalam menghadapi hal-hal yang ada di luar hidupnya. Begitu pula dengan semua hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Kemunculan yang tiba-tiba seakan menjawab semua hal yang menjadi munajat doa yang tidak pernah selesai.
Tuhan selalu bekerja dalam caranya sendiri. Unik dan tidak akan pernah menunjukkan kepastian yang memang harus ditunggu. Padahal yang ditunggu itupun harus mencari. Bertahan pada kegilaanlah yang paling mujarab untuk melindungi kewarasan sehingga tetap menyadari pentingnya akal sehat. Sungguh wajar, bila tingkat bunuh diri semakin tinggi. Tingkatan kebutuhan pengakuan diri pada investasi kepentingan semu kadang membuat orang semakin tidak memperhatikan bahwa kepentingan semu itu akan berakhir seiring dengan berakhirnya usia. Padahal bila dihitung, berapa lamakah manusia itu akan bisa bertahan di dunia? Sungguh hanya dalam hitungan hari. Sedangkan kepercayaan membuktikan bahwa ada kehidupan lain yang akan dijalani seorang manusia yang akan dijalani milyaran tahun, diluar kemampuan manusia itu berhitung. Sungguh ironi yang tidak pernah berakhir bila diperdebatkan secara matematis. Mengerikan bukan.
Oleh karena itu, kemungkinan yang paling menarik tentang masa depan adalah menyiapkan diri pada segala kemungkinan, terhadap segala sesuatu yang tidak akan pernah bisa diramal oleh siapapun. Paranormal sekalipun mungkin hanya punya sedikit kemampuan untuk melihat gambaran kabur tentang hal yang belum terjadi. Padahal adakalanya suatu hal akan menjadi menarik ketika tetap menjadi rahasia, sehingga membuat pelaku itu lebih penasaran untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Tentunya setelah tahu tentang sedikit demi sedikit rahasia yang mulai terungkap akan menjadikan rasa terlengkapi itu berubah menjadi rasa bersyukur.
Membuat kesan pertama biasanya cukup menyulitkan untuk menjaga kestabilan rasa. Bentuk kenyamanan yang menjadi bagian kebutuhan sekunder atau bahkan tersier bagi sebagian orang, tentunya harus dikelola agar semuanya bisa dikaji secara lebih ilmiah berikut dengan penjelasannya. Namun tentunya menjadi hal yang sangat wajar, ketika kekosongan jiwa itu diisi dengan interaksi dengan orang lain. Namun bukan perkara yang mudah untuk menemukan orang yang tepat, yang mampu secara pas melengkapi semua hal yang tidak kita miliki. Adalah sangat menyakitkan ketika masa lalu yang seharusnya hanya menjadi kaca benggala penorehan rasa di masa depan, harus kembali menjadi perjalanan yang selalu terjadi untuk dilewati. Membosankan untuk harus terjebak secara berkepanjangan. Memuakkan ketika harus membuat perbaikan yang semakin sulit dengan tingkat kompleksitas permasalah yang rumit.
Menapaki setiap pagi dengan harapan yang melambungkan angan untuk selalu menjaga setiap hati dengan keteguhan keyakinan. Kekosongan jiwa yang segera harus dipenuhi untuk melihat bahwa semuanya memang hanya menunggu. Tapi menunggu itu bukan hanya duduk terdiam. Mengumpulkan bekal untuk kehidupan yang entah kapan tabungan itu akan digunakan kelak. Tak cukup hanya dengan bekal semangat, keceriaan jiwa, tetapi juga kewarasan yang benar-benar waras, agar kesadaran semu itu tidak menjadi hal yang membelenggu. Ketika pada saat ini, kesadaran hanya berputar pada kepentingan semu untuk mendatangkan kepuasan pada diri kita, sehingga kita melupakan semua hal yang bersumber pada hal yang paling sempurna di dunia. Jika kita menyakini bila kematian itu pasti akan datang, tentunya menerima secara menyeluruh apapun yang diberikan pada kita. Tapi mungkin sungguh berat, bahkan amat berat. Ya, begitulah....
Itulah hidup yang harus dijalani, sebelum kita menemukan ketidakpastian yang pasti datangnya... kematian.

Tidak ada komentar: