Sabtu, 19 Januari 2013

The Project

Saya sedang mengetes diri saya sendiri untuk mengerjakan suatu project. Tenggat waktu project tersebut sekitar Mei 2013. Dengan kesibukan saya mengurus bayi, sepertinya saya kudu ekstra kerja keras lagi. Karena memang tidak ada yang membantu untuk merawatnya. Ibu saya rencana akan kembali pulang ke Jogja, awal Februari ini. Sehingga otomatis, saya kudu bisa akrobat sendiri untuk menyelenggarakan kegiatan rumah tangga. Sebenarnya saya sedang membayangkan, bisa tidak ya, antara mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan menyelesaikan project yang menjadi target saya tersebut. Karena awal pemberitahuan project tersebut memang awal tahun. Sedangkan saya tidak punya stok untuk melengkapi project tersebut, sehingga sekarang ini saya tengah mengerjakan hal tersebut. Kemudian penyakit kronis saya adalah paling malas menyelesaikan sesuatu yang sudah sudah saya mulai. Kadang ketika saya review, ya cuma terhenti sampai di tengah jalan saja. Tidak kemana-mana. Hal kedua yang menjadi masalah sekarang, hanyalah energi untuk mengerjakan itu semua. Artinya, darimana saya mendapatkan energi untuk menyelesaikan semuanya itu. Musuh saya, hanyalah rasa kantuk. Mungkin saya tidak lapar, masih bisa menahan untuk tidak makan, saya masih sanggup. Tapi bagaimana mensiasati rasa kantuk. Sampai sekarang ini, saya masih belum menemukan cara untuk mengatasi rasa kantuk tersebut. Tadi pagi, saya mencoba menyebarkan pertanyaan saya tersebut di sosial media. Dan mendapat jawaban, untuk mencuci muka dan memakan cabe. Hahaha.. saran yang cukup konyol sebenarnya, tapi mungkin efektif. Karena memang saya harus bisa melakukan semuanya sendiri. Kalau selama ini orang-orang menggembar-gemborkan slogan kesetaraan gender. Mungkin memang benar adanya kalau hal tersebut hanyalah omong kosong belaka. Para suami hanyalah orang yang sanggup memerintah dan komplain. Sehingga saya menyadari ketika para ibu menjadi orang yang paling senewen, ya wajar. Beban kegiatan yang demikian kompleks di rumah, dan tingkat stress tinggi yang menjadi pemicu awal mengapa ibu-ibu tersebut mempunyai sifat yang nyaris seragam. Bawel. Back to the project. Berharap saya bisa menyelesaikan sesuai dengan rencana saya. Apalagi kelak bila masa cuti melahirkan saya telah berakhir. Pastinya saya akan lebih repot lagi. Namun, itu belum dijalani. Saya sedang belajar untuk berdamai dengan pikiran saya sendiri. Alias tidak mau untuk mengandaikan semuanya. Banyak pasangan yang selama ini saya kenal, tidak menggunakan tenaga pembantu dalam menyelesaikan pekerjaan domestic. Nyatanya mampu kok. Ibu saya sendiri saja, selama puluhan tahun tidak menggunakan pembantu dalam mengasuh saya dan kakak saya. Berhasil juga. Tapi ibu saya tidak bekerja di luar rumah memang. Mungkin ibu dosen saya, yang bisa dijadikan role model. Namun, mengajar kan jam kerjanya fleksible. Tidak seperti perusahaan yang kudu 9 to 5. Baiklah, saya masih belum menjalaninya. Tidak usah memperkirakan kejadian yang belum pasti akan terjadi. Selalu ada jalan ketika kita mau berusaha dan berdoa. Tetap meneruskan project. Mumpung ibu masih ada disini, bisa dimaksimalkan kegiatan project tersebut. Atau browsing cara menghilangkan kantuk selain dengan tidur dan minum kopi. Mengalahkan rasa malas, adalah dengan terus bergerak. Tadi saya menemukan trik tersebut. Rasanya menyenangkan kok. Saya tidak ingin menjadi orang yang tidak konsisten. Ketika saya mencibir orang yang malas, artinya saya punya konsekuensi logis untuk tidak malas dunk. Karena saya benci dengan pakaian yang menumpuk, maka setiap pagi, saya usahakan pertama kali gerakan badan saya adalah mencuci pakaian bayi. Musim hujan tidak bisa ditebak. JIka menjelang siang, sepertinya saya kudu mampu untuk setrika. Kembali melawan rasa kantuk. Belum lagi jika bayi saya rewel. Please, semoga dirimu selalu baik-baik saja ya, Girl. Project ibu, masih belum kelar. Tolong dukungan dan pengertiannya.. hehehe..

Tidak ada komentar: