Rabu, 16 Januari 2013

Material

Kebetulan saya di kelilingi oleh wanita-wanita hebat, ibu saya, ibu mertua dan teman-teman wanita yang memang ulet untuk mengisi hidup dengan kerja keras. Ibu saya, dengan usia lebih dari 65 tahun masih aktif di kegiatan kampung. Usia yang kadang membuat orang lain iri karena kegesitan ibu saya tersebut dalam berkegiatan. Masih bisa mengomel pada polisi yang akan memberikan sanksi tilang pada ibu saya karena ibu saya kena razia mengendarai kendaraan bermotor tanpa SIM. Alhasil, bapak saya yang mengantar ibu saya untuk mengikuti sidang diantara sekian banyak mahasiswa dan anak-anak muda lainnya yang juga terkena razia. Kelakuan aneh nenek-nenek gokil. Maka dari itu, ibu-ibu sekitar rumah masih menganggap ibu saya mampu menjadi pengurus RW yang bisa diandalkan. Padahal sesungguhnya, ibu saya itu sudah sangat malas untuk melakoni kegiatan kelurahan dan sebagainya tersebut. Tapi demi kepercayaan dan rasa tenggang rasa pada warga kampung, ibu saya masih mau sibuk dengan kegiatan kelurahannya tersebut. Ibu mertua saya juga termasuk wanita perkasa, dengan menggeluti usaha warung makan masakan Padang dimana yang masak bukan orang Padang, namun bisa menghasilkan masakan Padang yang selalu dinanti pelanggannya. Bangun pagi sekitar Shubuh, belanja ke pasar untuk mendapatkan sayur dan lauk segar, kemudian mengolahnya untuk target membuka warung sekitar jam 10an. Daily, mengawasi pekerjaan anak buah, melayani pembeli, memotong ikan dan berbagai hal lainnya yang berkaitan dengan memasak masakan tersebut, dilakukan sendiri. Artinya dalam pengawasannya. Tutup warung mungkin sekitar pukul 7 malam, itu pun belum tentu bisa istirahat, karena memang harus menyiapkan bumbu untuk masakan esok hari, ataupun menghangatkan masakan. Tidak terbayangkan betapa lelahnya bekerja fisik seperti itu. Namun demi kelangsungan hidup banyak orang, dan kebutuhan hidup yang semakin meningkat, berbisnis pada sektor riil, memang lebih menghasilkan. Membiayai sekolah kerabat jauh, membayar tagihan, dan seabrek pengeluaran lainnya. Kemudian seorang teman wanita saya, yang sumpah.. sangat gigih untuk selalu ulet bekerja keras, siang malem.. kayak parkiran motor. Pagi, dia berkantor di sebuah perusahaan besar penyedia sparepart alat-alat berat. Segudang bisnis MLM yang dia geluti, belum lagi kalau ada teman yang berangkat keluar daerah, pasti minta titip barang-barang yang bisa dijual kembali disini. Malam harinya, dia masih mengawasi sebuah warung makan yang lumayan terkenal di sini. Bener-bener wanita yang perkasa. Cerdas dalam memanfaatkan waktu hidupnya untuk selalu menghasilkan sesuatu. Saya saja melihatnya sampai salut sekali. Karena saya pengen sebetulnya begitu. Cuma yang saya lakukan, adalah bekerja siang pada perusahaan, malemnya ngajar. Udah segitu ajah. Jualan baju, masih dibilang gagal. Karena uangnya pergi entah kemana digunakan untuk konsumsi lainnya. Haadeeww, pusing saya. Tahun ini, saya rencananya memang pengen belajar bisnis, jualan sesuatu, Cuma sampai sekarang, saya masih pusing, jualan apa yang cocok. Dulu jualan pulsa, yang ada tekor, karena kebanyakan yang utang.. hehehe.. padahal menurut saya, jualan model begitulah yang seharusnya saya geluti. Bukan barang yang kudu cepat habis dan semua orang membutuhkannya. Mengikuti kegiatan MLM juga terkendala dengan pemasaran. Pangsa pasar saya, hanya kantor, rumah dan tempat les. MLM yang saya ikuti, isinya berjualan produk wanita. Tas, aksesoris, baju dan sebangsanya. Di kantor pun, beberapa teman telah menjalani bisnis yang sama. Jadi kalaupun saya mengikutinya, ya sama juga boong, ntar dikira saling memangsa konsumen orang. Kebutuhan hidup memang akan selalu terus meningkat sesuai dengan pertambahan itu sendiri. Dulu, saya mampu menghidupi diri dengan sewa kamar empat ratus ribu rupiah. Kemudian saya menikah, kebetulan kami menemukan rumah sewa yang cukup murah, yaitu enam ratus ribu rupiah, termasuk listrik dan air. Cukup menyenangkan, hingga betah selama 2 tahun untuk tidak pindah lagi. Lingkungan yang kekeluargaan dan dekat dengan tempat belanja. Saat perlu rumah lagi karena butuh tempat yang lebih luas lagi, rasanya masih sayang untuk pergi dari rumah itu. Sungguh, ibu dan bapak kost, sudah kita anggap seperti keluarga sendiri. Oleh karena itu, begitu mendapatkan rumah baru, kami mencarinya betul-betul dengan seleksi yang baik. Memperhatikan kondisi lingkungan, listrik dan air. Semoga saja, ibu dan bapak kost yang baru, tidak menaikkan sewa rumah ini. Kehadiran anak juga turut mempengaruhi orientasi keuangan. Kini tak lagi, gaji saya mungkin memang harus dibagi lagi untuk mencukupi kebutuhan saya dan anak. Sedangkan gaji suami, khusus untuk ditabung. Mengingat kebutuhan kadang terjadi secara mendadak. Jadi saya masih berpikir, akan menjalani bisnis yang bagaimana lagi? Kudu berkonsultasi dengan siapa ya? Sedangkan kemampuan saya hanya bisa menulis saja. Bisnis apa yang bisa dilakoni dengan menulis? Hehehe.. masa hanya menjadi blogger, cuap-cuap curhat tidak jelas begini. Mana bisa menghasilkan uang kalau caranya begitu. Atau memang kudu membaca ide kreatif dengan internet. Mau jualan barang di group BB, udah banyak juga yang broadcast hal yang sama. Hadeewww.. semoga segera datang ide tersebut. Bisnis.. bisnis.. bisnis.. ayo semua orang bisa menghasilkan uangnya sendiri. Tetap semangat yaa…

Tidak ada komentar: