Senin, 14 Januari 2013

Embrio part 1

Perhaps this is the first journal about my pregnancy experiences. Mungkin karena saya bukan orang yang percaya dengan hal-hal yang berbau tahayul, akhirnya saya mulai menggabungkan pengalaman orang-orang disekitar saya untuk masukkan dalam akal saya sehingga tetap bisa saya maklumi. Walaupun kadang agak sedikit memaksa, jadi saya lakukan hanya dengan sebuah tindakan saja tanpa bermaksut apa-apa. Kebetulan saya seorang muslim, sehingga sedikit banyak saya juga belajar untuk bisa memahami bahwa musyrik merupakan hal yang dilarang agama saya. Sedangkan kasusnya, saya tinggal bersama dengan keluarga besar suami saya yang masih memegang teguh adat dan budaya yang kadang menurut saya tidak masuk akal. Namun menghormati orang tua merupakan hal yang diwajibkan, terpaksalah saya menuruti anjuran tersebut, tapi dengan tidak mengimaninya. Just bring a scissors when I’m going out. It doesn’t make a sense what I’ve done. But I really did it. Just because my respect to my husband mom. Sometimes I think that it could be possible to prevent a danger. But in this save neighborhoods, either I never walk alone, why suppose I bring that things? Kultur Jawa yang mengalir kental in my hole bloods, tidak membuat saya dengan serta merta dianjurkan untuk melakukan ritual aneh seperti yang dulu ibu saya lakukan. Mungkin karena ibu saya lebih memahami bahwa anaknya tidak lagi hidup dalam jaman yang penuh dengan hal-hal yang bisa dianggap tabu, sehingga ibu saya hanya menekankan pada asupan gizi dan perilaku yang menunjang saja. Seperti tidak menggunakan highheels, membuat makanan yang sekiranya memang diperlukan untuk pertumbuhan janin. That’s all. Sesuatu yang bisa saya terima dengan baik, karena jika ibu saya menyarankan hal-hal yang tidak masuk akal, yang ada hanya akan saya bantah. Sedangkan ibu saya sudah hapal dengan sikap tidak percayaan saya tersebut. Akhirnya cukup hal-hal normatif yang ibu saya sarankan. Begitulah enaknya ketika mempunyai ibu yang bisa mengerti tentang perkembangan permikiran anaknya yang semakin skeptis memandang tradisi dan segala sesuatu yang berkaitan dengan superstitious. Jadi hasilnya ya begini, gado-gado dengan segala hal yang masuk akal dan kadang lebih sering saya simpan. It’s about the weird things. But it’s okay. Lha habis mau gimana lagi, karena memang semuanya punya pemikiran masing-masing untuk tetap menjalankan tradisi. Istilah waktu saya kuliah dulu, penjaga tradisi. Biasanya memang orang-orang yang menjadi penjaga tradisi merupakan orang yang kental sekali pemahamannya dengan segala rupa adat. Seniman, orang-orang tua dan segelintir orang yang dengan sadar, memahami estetika tersebut tetap kudu dilestarikan. Begitu pula ketika, bayi belum genap 35 hari, belum boleh ditaruh di lantai. Waduh, dengan kondisi rumah kontrakan saya yang minimalis, semuanya melantai. Gimana dunk? Hihihi.. Kebetulan saya bukan tipikal orang yang menggilai furniture rumah. Perabotan yang saya punyai, memang menyesuaikan dengan fungsinya. Saya cuma punya lemari buku, meja belajar kecil untuk mengetik, kursi plastic, lemari makan, lemari pakaian, dan meja makan hasil kreatif suami. Ketika hamil pun, saya dilarang untuk potong rambut oleh ibu mertua saya. Saya tanggapi bahwa saya memang dituntut untuk selalu belajar sabar. Gile ajah, dengan kondisi cuaca ekstrem luar biasa panas, saya sibuk mengurus rambut saya yg cukup tebal dan panjang. Merepotkan memang, tapi ya sudahlah. Begitu pula dengan larangan mandi malam. Saya menanggapinya bahwa agar kesehatan ibu hamil tetap terjaga alias tidak masuk angin. Saya kebetulan memang alergi dengan panas. Saya lebih suka kedinginan ketimbang kepanasan. Ketika saya hamil kemarin, cuaca panas luar biasa memaksa saya untuk selalu berkeringat, lengket, panas dan banyak ketidaknyamanan yang menyertainya. Saya memutuskan untuk memperbanyak frekuensi mandi saya. Siang tengah hari, saya usahakan untuk mandi. Segarnya nyata kok, lumayan bisa menghilangkan kantuk akut. Kinerja di kantor, lebih semangat lagi, karena badan memang segar setelah istirahat. Kemudian, sekitar jam 8 malam, saya kembali mandi, nah kali ini dengan sembunyi-sembunyi tentunya. Karena bila ketauan, akan kena marah. Dalam anggapan, bila mandi malam, ketika lahiran nanti, akan keluar air terus menerus dan tidak baik bagi bayi karena dapat mengakibatkan kekurangan cairan. Ya sudahlah.. saya berusaha menuruti semua nasehat orang-orang yang sayang pada saya. Walaupun pada pelaksanaannya, tidak sempurna sama sekali.

Tidak ada komentar: