Sabtu, 15 Juni 2013

Attitude and Cooperation

Menurut saya, core departemen tempat saya bekerja ini, sebenarnya merupakan tempat yang paling kudu bisa mengedepankan sistem komunikasi dan koordinasi yang paling cepat, akurat dan efektif. Kebetulan saya ini berada di sebuah departemen yang memang seharusnya orang-orang yang di dalamnya bener-bener paham tentang makna saling terbuka tentang peran dan tanggung jawab personel dalam sebuat team. Tentunya dalam setiap pekerjaan, yang namanya team merupakan kesatuan dari beberapa orang yang merujuk pada suatu tujuan. Kalau di perusahaan tempat saya bekerja ini, divisi pembelian tentunya berkaitan dengan kepuasan user alias customer yang menjadi pelanggan kita. Kalau di perusahaan yang masih dalam bentuk project begini, tentunya hanya berkaitan dengan sesama departemen saja, sebutlah misalnya departemen maintenance and heavy equipment, mengajukan permohonan permintaan barang pembelian mur dan baut. Proses pembeliannya pun bisa memerlukan waktu, misalnya masih kudu mengerti benar spesifikasi barang. Nah, disinilah gunanya komunikasi. Koordinasi disini penting karena berkaitan dengan kebutuhan user yang emang menunjang kegiatan produksi di pabrik sana. Selain itu, komunikasi dengan sesama rekan kerja. Menurut saya, yang namanya sebuah team, yang namanya ngobrol antara sesama rekan satu team itu merupakan hal yang paling penting. Saya sebenarnya sangat paham sekali bahwa setiap orang tentunya mempunyai karakter, visi dan sikap individual. Saya menyadari benar, ketika teman kerja saya mempunyai misalnya, sifat egois, tidak bisa diperintah atau bahkan tidak bisa bekerja dalam sebuah team. Artinya memang dia lebih suka bekerja sendiri. Tapi tetep dunk dalam batas kewajaran. Artinya kita ini merupakan team yang .. helloo.. ada orang lain juga di situ juga. Kalau Cuma bilang selamat pagi dan pamitan pulang ajah susah banget untuk ngomong, lha buat apa masuk dalam sebuah divisi yang notabene kudu ngomong tiap hari. Emang bener sih, hubungan kita cuma dengan supplier dan user. Tapi mbok ya nyadar, di ruangan itu ada makhluk-makhluk Tuhan yang bisa diajak berkomunikasi dengan baik. Bisa hanya menyapa ringan, say hello, atau berkomentar ringan. Kecuali kalau emang dirinya sakit permanen, trus kemudian tidak menyapa teman-teman di sekelilingnya yang merupakan satu keluarga. Ya ampuun.. mending dirinya resign ajah, daripada membuat kekompakan satu team menjadi bubar. Pernah mikir nggak sih, siapa yang mengerjakan tugasnya klo dirinya cuti atau sakit atau sekedar lagi nggak mood kerja. Pernah mikir nggak, koordinasi itu tidak hanya dengan atasan saja melainkan juga dengan rekan-rekan sekitarnya. Yang ada ketika hanya diam dan pasif, tanpa ada keterangan apapun, mending dirinya cuti panjang atau resign sekalian. Pernah mikir nggak sih, kalau sikap itu merupakan hal yang paling banyak berkaitan dengan tim kerja, hubungan antar karyawan dan saling menghargai sesamanya. Bahkan perusahaan biasanya akan lebih mempertahankan karyawan yang menghargai orang laen, optimis dan mampu bekerja sama dibanding dengan yang bekerja baik namun punya perilaku aneh. Suer, saya sungguh tidak bisa mengerti dengan jalan pikirannya ketika istilahnya kalau orang lokal bilang kapal kayu, artinya orang yang tidak mau bertegur dengan rekannya. Masak kerja modelnya kudu disuruh melulu oleh atasan, tidak ada inisiatif untuk memulai sesuatu. Bekerja dimanapun pasti tidak akan lepas dari suatu team kerja. Bahkan suatu perusahaan kadang sangat berpengaruh antara kerjasama dan semangat dalam suatu team. Sekalipun hanya satu departemen saja. Karyawan yang bisa bekerja sama dengan siapapun, menjadi poin penting yang diperhitungkan. Sebenarnya dirinya itu mikir nggak sih, bahwa tidak ada keberhasilan per orang, melainkan yang ada keberhasilan team. Bahkan dia tidak menyadari ketika banyak pekerjaannya yang diambil alih oleh orang lain, terlihat bahwa sebenarnya dirinya tidak capable di bidang kerja nya tersebut. Pernah nyadar nggak sih, bahwa proses kinerja nya selama ini, diamati terus oleh pimpinan. Walaupun tetap berorientasi pada hasil yang diperoleh, namun cara yang dilakukan untuk meraih hasil yang maksimal pun, sepertinya juga menjadi pertimbangan penilaian atasan. Mikir nggak sih, ketika sekarang berada di jaman dimana banyak orang yang berebut kerja dan kadang melakukan apapun untuk bisa mendapatkan pekerjaan tersebut, bisa ajah kan sewaktu-waktu posisinya bakal digeser. Tidak melulu menjadi orang yang harus cerewet atau miss gaul kalau istilah ponakan saya. Melainkan hanya memaafkan dengan cepat, kemampuan kecepatan untuk menyelesaikan masalah, salah persepsi, dendam dikerjai rekan, padahal emang tidak bermaksut mengerjai, hanya sebatas salah paham saja, dan konflik pun sehingga suasana kerja menjadi nyaman kembali. Mikir nggak sih, kalau hidupnya itu tidak sendirian di situ. Mikir nggak sih, ketidaknyaman suatu team akan berpengaruh pada kelangsungan bisnis perusahaan. Tau juga sih, kalau rasa dendam hanya akan membuat kita lelah dan tidak mampu berpikir positif. Jadi jangan marah kalau saya mendoakan bahwa rekan yang nyebelin, suatu ketika akan kena batunya sendiri.. hehehe..

Tidak ada komentar: