Rabu, 27 Juli 2011

Everybody Can Cook


Bagi saya, mungkin ini merupakan hal yang luar biasa. Sepanjang umur saya, hingga beberapa waktu lalu. Saya tidak pernah memasak makanan dengan berdasar pada racikan bumbu saya sendiri. Biasanya saya cuma berperan sebagai asisten koki. Misalnya memotong sayur, mengupas bumbu atau mengaduk adonan. Baru setelah saya mempunyai tempat tinggal sendiri, saya baru mempunyai keberanian untuk membuat masakan saya sendiri. Pada awalnya saya berdasar pada rasa yang selama ini saya makan. Thank’s to God, bahwa selama ini, lidah saya terbiasa dengan masakan ibu dan kakak perempuan saya yang memang sangat jago memasak. Dulu, sewaktu saya masih single, memasak merupakan momok tersendiri. Saya selalu ketakutan untuk hidup sendiri, karena kekurangan saya, tidak bisa menyediakan makanan. Sedangkan untuk membeli, artinya saya masih ketergantungan pada penjual makanan. Sebagai anak kost yang benar-benar jauh dari orang tua, kadang ada rasa kekhawatiran ketika penjual makanan tutup, maka saya akan mengalami kesulitan. Kelak pun, saya pasti harus berhadapan dengan bumbu dan berbagai macam hal nya tersebut. Maka mulailah saya memberanikan diri untuk memasak. Tentunya dengan bekal telephon kakak perempuan saya, karena jika saya telephon ibu, pasti nya saya kena omelan nya. Waduh, mending mencari aman saja. Kakak perempuan saya, sungguh dengan sabar mengajari adik perempuan nya yang tidak begitu cerdas ini untuk memperkirakan bumbu-bumbu. Resep sederhana mulai saya coba, yang penting, rasanya sudah terasa masuk akal. Pasti saya anggap masakan itu sukses. Sungguh tidak terkira rasa bersyukur saya, bahwa selama ini, saya mempunyai ibu dan kakak perempuan yang memanjakan saya dengan masakan yang enak, sehingga ketika sekarang, saya hanya mengira rasa masakan yang pernah saya makan dulu. Hasilnya tidak mengecewakan. Sirloin steak saya, cukup membuat orang lain yang merasakan mengatakan cukup enak. (entah mereka bilang dibawah tekanan atau memang karena perasaan tidak enak pada saya) hi..hi.. yang jelas, sejak saat itu, saya menemukan keasyikan baru, untuk lebih banyak mencoba masakan yang biasanya saya kudu merayu ibu atau kakak saya untuk membuatkan makanan yang saya ingin. Sekarang, setidaknya saya mampu membuatnya sendiri, walaupun harus melalui perjuangan panjang. Yang penting, saya belajar mandiri seutuhnya. Jika ingin mencoba masakan yang baru, saya bisa mendapatkan resep nya di internet atau majalah. Sekarang, saya menyadari betapa memasak mempunyai rasa keasyikan tersendiri yang berbeda dengan kesenangan saya yang lain. Acara favorit saya di televisi, selain film kartun, sekarang acara master chef, chef ala dan masih banyak acara masak-memasak lainnya. Apalagi pelan-pelan saya mulai mengumpulkan peralatan masak. Walau hanya sederhana, namun cukup dapat memuaskan rasa yang biasanya dengan mudah saya terima, karena di tempat kelahiran saya, semuanya serba tersedia. Sedangkan saya disini, ketika semua makanan tidak semua dapat saya nikmati secara mudah. Maka saya harus membuatnya. Not bad lah.. walau yang bilang enak, cuma saya sendiri.

Tidak ada komentar: